Bogor (ANTARA News) - Percakapan mobil hingga masalah politik menjadi "bumbu" pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang berkunjung ke Indonesia setelah dilantik kepala pemerintahan negara Jiran ini pada 11 Mei 2018.
Presiden Jokowi yang menyambut Perdana Menteri Ketujuh Malaysia ini dengan upacara kenegaraan di Istana Bogor teringat pertemuan dengan Mahathir pada 2015.
"Saya ingat betul tahun 2015, saat saya berkunjung ke Malaysia, ke Kuala Lumpur. Saya diajak oleh Bapak Tun Mahathir untuk test drive mobil proton," kata Presiden saat pernyataan pers bersama dengan PM Mahathir di Istana Bogor, Jumat.
Jokowi menceritakan bahwa Perdana Menteri yang saat ini berusia 92 tahun ini menyetiri sendiri dengan kecepatan 180 km per jam.
"Sangat cepat sekali, tapi saya tidak takut. Saya tidak khawatir karena `driver`-nya adalah Bapak Tun Mahathir. Kalau driver-nya bukan beliau saya kira mungkin saya takut," ungkap Presiden Jokowi.
Menanggapi hal ini, Mahathir mengaku saat menyetiri Presiden Jokowi tersebut dirinya bukan seorang Perdana Menteri atau pejabat negara, melainkan hanya sebagai penguji mobil (test drive) Proton saja.
"Pada masa itu saya bukan Perdana Menteri. Saya jadi test driver untuk Proton saja. dan kami gunakan `test track` (tes lintasan), sebagaimana kita tahu `test track` itu tidak semua datar begitu, ada ketinggiannya, agak miring sedikit. Bapak Presiden tidak Complain apa-apa," kata Mahathir yang disambut ketawa yang hadir dalam acara tersebut.
Mahathir telah menjabat Perdana Menteri Malaysia selama dua kali, yakni yang pertama kali pada 1981 sampai 2003 saat masih bergabung dengan United Malays National Organisation (UMNO).
Namun pada jabatan keduanya ini, Mahathir mencalonkan kembali menjadi Perdana Menteri dengan Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang ia dirikan pada 2016.
Atas kunjungannya ini, Presiden Jokowi menyatakan sebagai kehormatan bagi Indonesia karena merupakan negara pertama di ASEAN yang dikunjungi Mahathir setelah kembali menjabat sebagai perdana menteri.
Menaggapi kemenangannya dalam Pemilu di Malaysia, Mahattir mengaku kaget juga karena tidak mengira bisa mengalahkan Najib Razak yang didukung oleh Partai berkuasa UMNO.
"Sebenarnya kita di malaysia ini bukanlah cakap tangan, tapi entah bagaimana kita bisa dapat kemenangan dan tak ada masalah yang muncul setelah itu," ungkap Mahathir.
Setelah kembali memimpin Malaysia, Mahathir berjanji akan meneruskan kerja sama dengan negara-negara sahabat.
"Saat ini kami tengah sibuk untuk memoles ulang negara kami. Kita akan teruskan dengan dasar-dasar, terutama dasar di luar negeri, yaitu persahabatan dengan Indonesia," katanya.
Mahathir yang memulai kariernya di politik bergabung dengan UMNO pada 1946 ini mengaku bahwa Indonesia dan Malaysia punya hubungan kekeluargaan yang sangat dekat.
"Banyak kesamaan antara orang Malaysia dan Indonesia. Bahkan banyak orang Indonesia yang tinggal di Malaysia, termasuk mertua saya," ungkap suami dari Siti Hasmah Mohd Ali ini.
Untuk itu, Mahathir berharap persahabatan Indonesia-Malaysia dapat ditingkatkan dan abadi karena ada banyak hal yang didapat, terutama kerja sama dalam semua bidang, termasuk politik, ekonomi dan hubungan antarbangsa.
Mahathir mengaku bahwa permasalahan politik di Indonesia lebih besar dibanding Malaysia, namun jenisnya sama sehingga dirinya ingin membahasnya dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi bagaimana menyelesaikan masalah politik dalam sebuah negara demokrasi ini.
"Kita ingin amalkan sistem demokrasi, dan sistem ini memang punya banyak masalah," kata Mahathir.
Perdana Menteri Malaysia ini melihat negara-negara yang baru punya sistem demokrasi, bahwa mereka cuma ingin menang dan tidak mau kalah sama sekali.
"Kalau kalah adakan demonstrasi dan serangan dan huru-hara akan berlaku usai pemilu. Tapi kalau kita amalkan demokrasi, kita akan terima hakikat kalau persaingan tentu ada yang menang dan kalah," kata Mahathir.
Perdana Menteri Malaysia ini berharap dalam demokrasi bahwa yang kalah harus terima kekalahan dan tidak menimbulkan masalah, sehingga pemilu diadakan sekali dalam lima atau empat tahun ke depan itu hal yang terbaik.
Indonesia yang pertama
Mahathir yang juga disebut "Soekarno Kecil" ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang dikunjungi pertama saat menjadi Perdana Menteri.
Tidak hanya pada saat ini, ketika menjabat pada 1981, seperti yang tertuang dalam Buku "Pak Harto The Untold Stories" (terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), Mahathir menuturkan bahwa dirinya merencanakan apabila nanti diangkat menjadi Perdana Menteri, maka kunjungan luar negeri yang pertama kali adalah kepada Presiden Soeharto.
"Dan itu terjadi setelah saya dilantik menjadi Perdana Menteri Malaysia menggantikan Datuk Hussein On pada tahun 1981," ungkap Mahathir dalam buku tersebut.
Mahathir yang memulai karier sebagai dokter ini awalnya diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri pada 1976 dan pada 1981 dilantik sebagai Perdana Menteri setelah pendahulunya, Hussein Onn, mengundurkan diri.
Mahathir dalam kenangan kunjungan pertamanya merasa terkesan, karena disambut langsung oleh Presiden Soeharto di Bandara Halim Perdanakusuma dengan upacara kehormatan oleh Presiden Suharto pada saat itu.
"Setelah itu saya satu mobil dengannya menuju kediaman untuk tamu negara di belakang Istana Merdeka," tulis buku "Pak Harto The Untold Stories" itu.
Kenangan itu kembali terjadi, dalam kunjungan saat ini, Mahathir beserta rombongan dijemput langsung oleh Presiden Jokowi di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Jakarta pada Kamis (28/6) sore.
Selanjutnya Perdana Menteri Malaysia ini disambut dengan upacara kenegaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat.
"Saya sangat kagum dengan upacara yang diadakan di sini, luar biasa. Dan saya sangat gembira, dapat bersalam-salaman dengan anak-anak kecil yang berkumpul tadi," kata Mahathir.
(J008/T007)
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018