Jakarta (ANTARA News) - Lelang pembelian kembali (buy back) obligasi negara ditanggapi dingin pemegang obligasi negara yang ditandai dengan tidak adanya penawaran yang masuk sehingga tidak ada yang dimenangkan dalam lelang buy back 31 Juli 2007.
"Sampai batas waktu pelaksanaan lelang, para peserta lelang tidak ada yang menyampaikan penawaran lelang 'buy back'," kata Direktur Direktorat Surat Berharga Negara Ditjen Pengelolaan Utang Depkeu, Bimantara Widyajala, di Jakarta, Selasa.
Pemerintah terakhir menawarkan lelang "buy back" pada tahun 2005 dan menawarkan kembali pada Juli 2007. Program buy back berikutnya akan dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain kondisi pasar obligasi negara dan ketersediaan dana kas pemerintah.
Lelang "buy back" dimaksudkan untuk mempercepat pelunasan obligasi negara yang jatuh tempo pada 2007 dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dana kas pemerintah, tanpa harus menambah jumlah nominal penerbitan pada tahun 2007 sesuai dengan konsep penerbitan netto SUN dalam APBN.
Obligasi Negara yang diperdagangkan dan jatuh tempo tahun 2007 ini tinggal obligasi negara seri VR0012 yang akan jatuh tempo 25 September 2007. Nilai portofolio obligasi negara itu hingga saat ini mencapai Rp4,85 triliun.
Menurut Bima, pemilik obligasi negara seri VR0012 tampaknya lebih memilih untuk memegang obligasi negara dimaksud sampai dengan tanggal jatuh tempo.
"Bagi pemerintah ini bukan suatu masalah karena sifat buyback ini adalah optional. Pemegang obligasi negara memiliki pilihan apakah menjual obligasi negara atau menerima pelunasan pada tanggal jatuh tempo nanti," katanya.
Tidak adanya penawaran penjualan yang masuk dalam lelang buy back kali ini, menurut dia, mengindikasikan bahwa obligasi negara masih menjadi instrumen investasi yang menarik saat ini. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007