Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Pertamina Ari Sumarno mengatakan, terjadinya antrian orang membeli minyak tanah merupakan masalah klasik yang selalu terjadi sejak dulu, bukan karena adanya program konversi minyak tanah ke gas LPG. "Berapapun minyak tanah kita kasih, pasti kurang. Bahwa ada kebiasaan masyarakat untuk mengantrikan jirigen itu masalah klasik dari dulu. Setiap kali juga begitu," katanya di kantor Wapres Jakarta, Selasa, ketika ditanyakan adanya antrian masyarakat untuk membeli minyak tanah. Apalagi, tambah Ari, saat ini terdapat program konversi minyak tanah ke gas LPG dimana beberapa kecamatan minyak tanah sudah ditarik. Menurut dia, saat ini di beberapa kecamatan yang telah dilakukan konversi minyak tanah ke gas LPG maka minyak tanah di kawasan tersebut ditarik. Namun masyarakat yang terbiasa melakukan oplosan minyak tanah berpindah ke kecamatan lain yang belum ditarik minyak tanahnya. Dengan demikian terjadi antrian panjang orang membeli minyak tanah. Oleh karena itu, berapapun minyak tanah diberikan maka akan terjadi kekurangan, katanya. "Begitu kita ganti dengan LPG ternyata terbukti tidak semua minyak tanah itu untuk kebutuhan rumah tangga," kata Ari. Ia mensinyalir memang selalu ada masyarakat yang mengambil kesempatan untuk menyalahgunakan minyak tanah. Sebelumnya banyak diberitakan adanya antrian panjang orang membeli minyak tanah setelah adanya program konversi minyak tanah ke gas LPG.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007