Jakarta (ANTARA News) - Pulau di Indonesia yang belum diberi nama dan belum didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hingga sekarang masih sekitar 3.000 pulau. "Dari sekitar 10.000 pulau di Indonesia yang awalnya belum diberi nama kini tersisa kurang dari 50 persen yang belum diberi nama," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Kelautan dan Perikatan (DKP) Saut Parulian Hutagalung di Jakarta, Selasa. Menurut Saut, hingga tahun 2006 tersisa sekitar 3.000 pulau yang belum diberi nama. Sehingga mau tidak mau belum semua pulau akan dilaporkan dan didaftarkan ke PBB pada Agustus 2007. "Awalnya kita menarget dapat menyetorkan seluruh pulau yang telah diberi nama pada deposit 2007 ini. Tapi ternyata banyak kendala yang menyebabkan pemberian nama tidak selesai," katanya. Syarat pemberian nama lengkap dengan koordinatnya yang harus disetorkan ke PBB tidaklah mudah, karena nama tidak boleh terkait ras, sara, dan harus mencerminkan kultur daerahnya, ujar Saut. Menurut dia, kendala lain yakni masalah geografis. Tim Interdep yang merupakan gabungan dari pusat dan daerah kesultan dalam memberikan nama di pulau terpencil yang tidak dilalui jalur pelayaran sehingga harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk menyewa kapal. Ditambah lagi faktor cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini membuat operasi terhambat gelombang tinggi, ujar dia. Namun demikian, dia mengatakan, sebanyak 92 pulau terluar telah selesai diberi nama. Selebihnya pulau-pulau yang didahulukan untuk diberi nama adalah pulau seluas 2.000 meter persegi dan berpenduduk. Sementara itu, sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan, semua pulau akan diberi nama dan dilaporkan ke PBB. Dia mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melaporkan pulau-pulau yang telah diberi nama untuk di depositkan pada bulan Agustus 2007 ini. "Jika tidak didepositkan tahun ini kita harus menunggu tahun 2012. Kalau belum selesai juga kita harus menunggu hingga 2017, karena deposit dilakukan hanya lima tahun sekali," ujar Freddy.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007