Ghazni, Afghanistan (ANTARA News) - Sandera kedua asal Korea Selatan (Korsel) yang ditembak mati oleh Taliban, ditemukan Senin malam. Mayat dengan luka tembak itu ditemukan di provinsi Ghazni, sekitar 140 kilometer arah selatan dari Kabul, tidak jauh dari lokasi penculikan 23 warga Korsel pada 19 Juli. "Mayat itu adalah warga Korsel. Ada luka tembak di badannya," kata kepala kepolisian Ghazni, Alishah Ahmadzai kepada AFP. Taliban pada Jumat malam mengatakan telah menembak mati sandera tersebut, menyusul lewatnya dua kali batas waktu dari Taliban agar pemerintah membebaskan rekan mereka yang dipenjarakan. "Kami sudah memberikan beberapa batas waktu dan pemerintah Afghanistan tidak memperdulikannya," kata jurubicara Taliban, Yousuf Ahmadi. Sandera kedua itu dibunuh setelah sandera pertama ditembak mati pada pekan lalu. Sandera pertama yang ditembak adalah seorang pendeta berusia 42 tahun yang menjadi pemimpin kelompok warga Korsel tersebut. Mereka adalah relawan suatu gereja Korsel. Media Korea Selatan menyebutkan korban terakhir bernama Shim Sung-Min, (29), tetapi pemerintah Seoul masih mencari konfirmasi indentitas korban kedua tersebut. "Jika benar, aksi itu adalah tindakan barbar yang tidak bisa ditoleransi," kata Perdana Menteri Korea Selatan Han Duck-Soo dalam pertemuan kabinet, Selasa. "Pemerintah harus menggunakan segala usaha untuk memjamin para sandera lain pulang dengan selamat." Stasiun televisi Al-Jazeera pada Senin malam menayangkan cuplikan video para sandera itu, di mana para sandera perempuan mengenakan kerudung dan terlihat lelah. Taliban memberi batas waktu baru yaitu Rabu siang (0730 GMT). "Batas waktu yang terakhir agar 21 warga Korsel itu hidup adalah Rabu jam 12 siang," kata Yousuf Ahmadi kepada AFP. "Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, kami akan mulai membunuhi para sandera," katanya. Taliban meminta pemerintah Kabul membebaskan paling tidak delapan Taliban yang ditahan di penjara-penjara Afghanistan. Para sandera yang rata-rata berusia 20 dan 30-an tahun itu diculik di Qarabagh saat bus mereka melintas di jalan utama di kota Kandahar. Mereka secara resmi melakukan misi bantuan di tempat itu. Presiden Hamid Karzai menolak membebaskan tawanan demi pembebasan sandera. Pada Mei, lima Taliban dibebaskan pemerintah untuk ditukar dengan pembebasan seorang wartawan Italia. Dua warga Afghanistan yang mendampingi wartawan Italia itu dipenggal kepalanya oleh Taliban. Taliban juga menyandera seorang insinyur Jerman yang diculik di provinsi Wardak, sehari sebelum penculikan para warga Korsel itu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007