Bogor (ANTARA News) - Mengantisipasi masuknya musim kemarau yang diprakirakan makin kering tahun ini, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) mulai melakukan penyiraman rutin dengan mengalirkan air dari Bendung Katulampa di Ciawi melalui pipa-pipa.
"Apalagi menurut ramalan, tahun ini lebih terik akibat pengaruh global warming juga, jadi kemarau sudah mulai diantisipasi," kata juru bicara PKT-KRB, Sugiarti di Bogor, Selasa.
Pemanfaatan air langsung dari Bendung Katulampa ini dilakukan karena kualitas air di Kota Bogor sudah jauh berkurang dan jumlahnya tidak mencukupi untuk KRB yang luasnya sekitar 89 hektar.
"Makanya, dari Katulampa secara khusus airnya langsung dialirkan, termasuk untuk air mancur di belakang istana juga," ujar Sugiarti.
Pipa-pipa saluran air tersebut dipasang oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bogor sejak 2 atau 3 tahun lalu, dan saat ini di dalam KRB sudah terdapat beberapa titik sumber air, kata dia.
Penggunaan air yang sudah melalui Pasar Bogor dihindari oleh pihak KRB karena mengandung banyak lemak jenuh dan zat-zat pencemar yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan tanaman.
Sama halnya dengan manusia, jelas dia, 90 persen kandungan dalam tanaman adalah air, sehingga asupan air pada tanaman juga harus diperhatikan. "Apakah air dari atas (hujan) atau dari air tanah itu merupakan kebutuhan mutlak bagi tanaman," tambahnya.
Petugas KRB setiap pagi dan sore akan melakukan penyiraman tanaman, khususnya untuk tanaman perdu.
Biasanya penyiraman juga dilakukan bila selama satu minggu tidak turun hujan. Apabila kondisi cuacanya terlalu panas, maka penyiraman dilakukan dengan intensitas yang lebih banyak. "Kalau pohon-pohon besar sudah relatif tahan, tapi tanaman-tanaman yang masih baru beberapa tahun biasanya masih sensitif," katanya.
Sementara itu, mengenai tawaran pengadaan delman di dalam kebun raya yang diajukan oleh pihak swasta dan didukung oleh pemerintah daerah, belum mendapat tanggapan dari pihak KRB.
Pusat konservasi tumbuhan ini lebih mengutamakan pengelolaan koleksi tanaman agar pengunjung dapat menikmati dengan berjalan kaki. "Jalan kaki kan juga olah raga sehat, tapi untuk hari kerja memungkinkan bagi yang berkendaraan," ungkapnya.
Menurut hasil evaluasi KRB, keberadaan delman terutama di hari libur dirasa mengganggu kenyamanan pengunjung yang relatif padat. Selain kotorannya yang mengganggu, dengan relief jalan KRB yang turun naik dan tidak begitu lebar dikhawatirkan keberadaan delman justru akan mengganggu kenyamanan pejalan kaki.
Untuk hari libur pihak KRB menyiapkan 2 unit kendaraan listrik ramah lingkungan yang bisa dimanfaatkan pengunjung dengan tarif Rp10.000 per orang untuk berkeliling kebun raya. Secara bertahap, jumlah kendaraan listrik yang dikenal dengan nama "Marlip" hasil karya LIPI ini akan terus ditambah.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007