Manado (ANTARA News) - Pembalakkan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, menjadi penyebab bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), 25 Juli Agustus 2007 lalu. "Kondisi hutan di wilayah Mitra tidak kondusif lagi akibat perambahan hutan bebas, sehingga hutan tidak bisa lagi menahan air akibat curah hujan diatas normal," kata Ketua Komisi D DPRD Sulut, Tonny Kaunang, Selasa di Manado. Sesuai data DPRD Sulut bahwa hutan Manimporok yang terletak diantara Kecamatan Ratahan dan Belang, Kabupaten Mitra, telah rusak akibat perambahan bebas dari oknum masyarakat. Padahal hutan tersebut sekitar 10 tahun lalu masih dilindungi, karena memiliki cagar alam sangat baik. "Masyarakat tidak sadar atas perambahan hutan itu dengan tidak melakukan kembali konservasi alam dengan melakukan penghijauan," kata Kaunang. Musibah bencana alam di Kabupaten Mitra dan Minahasa yang menyebabkan korban meninggal empat orang serta kerusakan rumah mencapai 500 unit itu, perlu juga diwaspadai daerah lain di Sulut. Berdasarkan data perkembangan penutupan lahan di Propinsi Sulut tahun 2007, luas hutan di daerah itu sekitar 788.891 hektar, sementara kategori kritis atau rusak berat sekitar 77,7 ribu hektar dan potensial kritis sekitar 590,07 hektar. "Sebagian hutan lindung sudah dialih fungsikan sebagai hutan produktif, karena tidak lagi dijaga secara baik," katanya. Gubernur Sulut, SH Sarundajang, ketika berkunjung dilokasi bencana banjir dan longsor di Kabupaten Mitra, mengatakan, bencana itu akibat pembalakan hutan secara liar. Menurutnya, hutan diwilayah bencana itu telah berubah fungsi menjadi hutan produktif, karena rambah secara tidak proporsional. Akibat bencana alam itu, warga mengungsi ketempat aman terus bertambah menjadi 6.000 jiwa lebih, dibanding musibah 25 Juli 2007, hanya sekitar 5.050 jiwa. "Pengungsi itu disebar di 23 titik lokasi aman, seperti tenda-tenda milik pemerintah, aula, gereja dan masjid serta rumah warga lainnya," kata Kepala Dinas Sosial Propinsi Sulut, Mac Tooy. Warga yang mengungsi akibat rumah hancur dihantam banjir dan tanah longsor, di Desa Tatengesan, Bentenan, Makalou Kecamatan Posumaen, serta Desa Molompar, Borgo, Buku Kecamatan Belang. Sebanyak 500 rumah dinyatakan rusak berat serta 50 rumah rusak total, sehingga tidak bisa dimanfaatkan lagi warga.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007