Yogyakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan, Palestina dan Israel sebaiknya berunding dan bernegosiasi untuk menghentikan konflik militer yang telah merenggut korban jiwa.

"Jika tidak rakyat Palestina akan habis karena mesin perang Israel jauh di atas mesin perang Palestina," katanya usai Konferensi Rekonsiliasi Nasional Merajut Akar Kebangsaan Indonesia di Yogyakarta, Kamis.

Gus Dur menegaskan, "Saya `nge-blok` rakyat Palestina, karena itu saya tidak tega melihat mereka menjadi korban. Kasihan mereka". Persoalan Palestina dan Israel itu politik, bukan agama.

Palestina ingin menjadi negara sendiri, Israel juga ingin berdiri kokoh, karena itu perlu dibicarakan masalah tersebut secara tuntas.

"Persoalannya menjadi lain ketika Hamas tidak berpikir begitu, seperti ancaman salah seorang pemimpinnya yang menyatakan sampai seratus tahun pun jika perlu terus berjuang," katanya.

Tetapi sesungguhnya lebih baik berunding, jika diteruskan kasihan rakyat Palestina. Begitu juga sebaliknya, bagi Israel itu merupakan masalah penentuan nasib karena jika perkampungan mereka tidak bisa dijamin keamanan dan keselamatannya, maka di kemudian hari mereka juga bisa habis.

"Karena itu bagaimana membuat kepastian terhadap masalah tersebut, dan di sinilah pentingnya berunding," kata Gus Dur.

Menanggapi adanya keinginan rakyat Indonesia menjadi relawan ke Palestina, ia mengatakan, "Apa itu relawan, berangkat saja belum tentu. Kalau berangkat, di sana mau apa".

Mengenai peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan agresi Israel ke Palestina, Gus Dur menilai PBB itu "manut" (menurut) dengan Amerika Serikat (AS).

"Yang pegang peranan di PBB adalah Dewan Keamanan (DK), padahal DK itu apa kata AS, sedangkan yang lain bisanya cuma `ngomel` tetapi tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.

Ditanya apa yang harus dilakukan negara Islam, ia mengatakan, masalah itu tidak ada urusannya dengan Islam, beberapa orang memang mencoba ke arah itu, tetapi tidak bisa. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009