Manila (ANTARA News) - Perhimpunan bangsa Asia Tenggara hari Senin menyeru Amerika Serikat dan negara lain menarik tentaranya dari Irak, dengan menyatakan langkah itu akan membantu negara rusak akibat peperangan itu kembali seperti semula. Menteri luar negeri dari Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengeluarkan seruan itu dalam pernyataan ahir sesudah pembicaraan sehari dalam sidang tahunannya sebelum temu puncak keamanan kawasan, yang mencakup Amerika Serikat. "Kami percaya bahwa penarikan pasukan asing secara bertahap dan disesuaikan dari Irak, dengan memperhitungkan keadaan di lapangan, akan menyumbang pada kedamaan," kata pernyataan tersebut. Menteri Luar negeri Pilipina Alberto Romulo, tuanrumah pertemuan Senin itu, menolak ditarik ke tafsir lebih lebar di balik pernyataan sebelum perundingan keamanan minggu ini tersebut. "Tidak batas waktu di sini. Itu adalah pernyataan. Saya pikir itu adalah keinginan semua pihak dan, dapat saya katakan, termasuk Amerika Serikat dan sekutu," katanya. Ke-10 negara anggota ASEAN menjadi tuanrumah tahunan Forum Kawasan ASEAN (ARF), pertemuan utama keamanan untuk kawasan Asia-Pasifik. Di antara negara peserta terdapat Amerika Serikat dan Australia, sekutu dekat, yang keduanya memunyai tentara di Irak dan Afganistan. Tentara Amerika Serikat tewas di Irak mencapai 3.651 orang sejak serbuan pimpinan negara adikuasa itu untuk menumbangkan Saddam Hussein pada 2003, 69 di antaranya tewas bula ini, kata Suara Irak. Pasukan Amerika Serikat tahun ini bekerja dengan pemimpin suku Arab Sunni, karena letih akibat pembunuhan membabi-buta oleh Alqaida, untuk membibit satuan polisi setempat untuk memberantas kelompok Sunni. Alqaida disalahkan akibat menyalakan kebencian aliran dan kekerasan di antara bagian besar Arab Syiah dan suku kecil Sunni, yang berkuasa di bawah Saddam. Tambahan 9.000 tentara Amerika Serikat dan Irak dikirim ke Anbar awal Juli dalam gerakan baru menyasar pejuang di propinsi Arab Sunni tersebut. Kekerasan surut sejak rencana memakai suku setempat dalam perjuangan melawan Alqaida memaksa pejuang bergerak ke propinsi lain, khususnya Diyala di utara Bagdad. Pada ahir Juni, ribuan prajurit Amerika Serikat dan Irak memasuki propinsi Diyala dalam penyerbuan dikenal sebagai Gerakan Panah Penyobek, yang bertujuan menghalau gerilyawan Alqaida dari ibukota provinsi itu, Baquba. Namun, segera setelah serbuan itu diluncurkan, komandan Amerika Serikat di Irak Letnan Jenderal Raymond Odierno mengatakan, 80 persen dari pemimpin utama Alqaida di kota itu telah melarikan diri menjelang penyerbuan tersebut, meninggalkan daerah berliku itu, yang dipasangi ranjau dan bom, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007