Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 32.607 kepala keluarga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta terdampak bencana kekeringan akibat musim kemarau.
"Meskipun musim kemarau baru memasuki periode awal namun faktanya beberapa daerah mulai mengalami kekeringan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, terdapat sebelas kecamatan di Gunung Kidul yang terdata terdampak bencana kekeringan. Mulai dari Kecamatan Girisubo sebanyak ?4.572 KK, Kecamatan Ngelipar 1.853 KK (5.637 jiwa), Kecamatan Paliyan 6.014 KK (20.769 Jiwa), Kecamatan Panggang 1232 KK/(4677 jiwa), Kecamatan Purwosari 912 KK (3390 jiwa), Kecamatan Rongkop 3820 KK (11800 jiwa), Kecamatan Tanjungsari 3100 KK (11186 jiwa), Kecamatan Tepus 8232 KK (32851 jiwa), Kecamatan Ponjong 766 KK (2765 jiwa), Kecamatan Gedangsari 1106 KK (3448 jiwa). "Kecamatan Ngawen masih dalam pendataan," kata dia.
Menurut dia, selain di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kekeringan juga mulai melanda beberapa wilayah di Indonesia lainnya seperti di Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurut dia, kemarau diperkirakan akan berlangsung hingga Oktober 2018 mendatang sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah terkait penyediaan air bersih.
"Masyarakat kekurangan air bersih sehingga mengharapka bantuan pengadaan air bersih," kata dia.
Seiring terjadinya bencana kekeringan tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul telah mendistribusikan air bersih sebanyak 5.000 liter, dengan target 3.360 tangki air bersih, dengan distribusi perharinya 24 tangki air bersih dan enam unit armada mobil tangki dengan kapasitas 5.000 liter lengkap dengan disel pompa air, pipa dan selang.
"Pendistribusian air bersih sudah dimulai tanggal 4 Juni sampai sekarang," kata Sutopo.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018