Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sukses memenangkan sebuah penghargaan dari United Nations Public Service Awards atau Penghargaan Pelayanan Masyarakat Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diumumkan pada acara penganugerahan yang digelar di Marrakesh, Maroko pada 23 Juni lalu.

Penghargaan tersebut dimenangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, dalam kategori 1 yaitu Menjangkau yang Paling Miskin dan Rentan Melalui Layanan Inklusif dan Kemitraan atau `Reaching the Poorest and Most Vulnerable through Inclusive Services and Partnerships`, untuk upaya memerangi malaria di Kabupaten tersebut melalu program yang inklusif dan efektif.

Sebagai langkah untuk menghadapi tingginya angka kasus Malaria di Kabupaten Teluk Bintuni, pemerintah setempat mencanangkan sistem Diagnosa dan Perawatan Awal atau `Early Diagnosis and Treatment System` (EDAT), yang berkosentrasi untuk mengurangi prevalensi kasus Malaria.

Program tersebut diutamakan bagi elemen masyarakat yang rentan terhadap ancaman penyakit tersebut dan yang bermukim di daerah terpencil.

Menurt data UNPSA, program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah setempat, lembaga non-pemerintah serta sektor swasta.

Sistem tersebutpun di implementasikan melalui skema Juru Malaria Kampung yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan mengenai tanda-tanda malaria serta pencegahan dan penanggulangannya.

Program ini juga melatih masyarakat desa untuk menjadi pekerja kesehatan untuk malaria, mengemas ulang obat malaria agar lebih mudah untuk digunakan, serta memastikan terjaminnya kualitas baik dari obat tersebut.

Usaha tersebut dianggap berhasil dan berbuah baik oleh UNPSA, sehingga Indonesia ditunjuk sebagai salah satu pemenang UNPSA 2018. Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian PANRB Diah Natalisa mewakili Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni menerima piala penghargaan dari United Nations Public Service Awards (UNPSA) di Marrakesh, Maroko pada Sabtu, 23 Juni.

Diketahui, Bumi Cendrawasih menempati urutan teratas sebagai penyumbang kasus malaria terbanyak di Indonesia dan pada 2017, program ini berhasil mereduksi penyebaran malaria dari angka 9,2 persen ke angka 0,02 persen di 12 desa. Selain mengurangi penyebaran, program ini juga sukses mengurangi tingkat morbiditas malaria dari 115 penderita per 1000 penduduk (2009) menjadi 5 penderita malaria dari 1000 penduduk (2016).

Baca juga: Indonesia punya potensi besar kembangkan obat malaria

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018