Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS harus dilihat dengan tolok ukur mata uang negara lain maupun terhadap dolar AS sendiri.
"Karena ini setiap hari ada pemicunya, apakah hari ini Presiden Trump bilang ini, kemudian policy-nya terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Jadi ini akan terus dinamis, yang akan harus kita terus respons. Tidak harian, tapi kita jaga dari sisi yang disebut jangka menengah panjang," kata Sri Mulyani, yang pada Senin bersama para pejabat dalam tim ekonomi bertemu dengan Presiden Joko Widodo di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.
Menkeu mengatakan bahwa selama tahun ini pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bisa berjalan baik dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan dijaga.
"Kita akan melihat banyak sekali segi itu, jadi kita tidak merespons setiap hari, namun kita melakukan apa yang disebut monitoring evaluasi dan reaksinya secara bersama-sama," katanya.
Pada Senin pagi nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta melemah 27 poin menjadi Rp14.113 per dolar AS dari Rp14.086 per dolar AS.
Sejak pembukaan perdagangan Rabu (20/6) dan Kamis (21/6), usai libur panjang pasar untuk perayaan Idul Fitri, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menurun. Kurs rupiah terhadap dolar AS sempat naik tipis menjadi menjadi Rp14.100 per dolar AS dari Rp14.102 per dolar AS pada Jumat pagi.
Baca juga:
Pelemahan rupiah masih bisa "dimaklumi" kata BI
Pemerintah akan atasi pelemahan rupiah
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018