Jakarta (ANTARA News) - Daniel James M., pria keturunan Kanada itu begitu fasih melontarkan kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia. Logat ketimuran begitu kental dalam setiap lontaran kalimatnya.

Rupanya Daniel tak asing dengan masyarakat yang tinggal di bagian timur Indonesia itu. Dia bahkan mendapat kehormatan menyandang nama Suku_Dani, sebagai nama baptis yang diberikan masyarakat Dani.

Seperti apa kisah Daniel atau Suku_Dani di Papua?

Berikut bincang-bincang singkat ANTARA News dengan pria yang belum lama ini ikut andil dalam film anak-anak karya Mira Lesmana dan Riri Riza itu di Jakarta belum lama ini.

Bagaimana bisa kenal masyarakat Papua?

Saya lahir di Jayapura tahun 1996 sampai selesai SMA tahun 2014. Saya kuliah di Amerika di salah satu universitas di Atlanta, studi pengembangan masyarakat selama 3,5 tahun.

Di Wamena, saya dibaptis di suku Dani. Mereka kasih nama Dani. Saya bangga bisa pakai nama itu, saya cinta orang Dani.

Ada satu LSM di Papua, bantu di sana masalah HIV dan Aids, (masalah) cukup besar di Papua. Jadi mereka (orangtua) fokus di situ.

Saya lahir di Jayapura, setiap hari main dengan anak-anak di sana. Dari situ saya belajar.


Pernah merasakan masalah selama tinggal di Papua, SARA misalnya?

Waktu itu saya dan kakak saya, hanya kami saja yang orang bule di sana. Tetapi, karena kami sudah akrab dengan masyarakat, mereka seperti tidak lihat perbedaan.

Kita tidak merasa "Oh kamu hitam saya putih". Kita semua manusia, kita sama. Sampai sekarang ketika saya keluar dari budaya itu, saya baru sadar wow itu menarik.

Saya sebagai orang kulit putih diterima, gampang sekali oleh mereka.


Apa pendapat Anda soal masyarakat Papua?

Banyak orang bilang atau menganggap orang Papua keras dan itu memang betul. Tetapi ketika mereka lihat bahwa kita punya hati betul-betul untuk orang Papua, paham budaya mereka, mereka akan cepat sekali merangkul dan menerima kita sebagai keluarga mereka.

Mereka sebenarnya sangat lembut. Mereka keras pada orang yang mereka tahu atau rasa bahaya, ada kemungkinan jahat. Tetapi kalau mereka tahu orang ini baik mereka pasti baik juga.


Memilih tinggal di Papua ketimbang Kanada?

Bukan tidak mau tinggal di Kanada. Tetapi karena hati saya memang dengan orang Papua, saya lebih mau stay di Indonesia dan saya harap juga ikut orangtua saya bantu orang Papua.


Berniat jadi WNI?

Sebenarnya urus visa sangat sulit sebagai orang asing. Tetapi kalau saya jadi WNI, saya harus lepas pasport saya di sana. Kalau saya mau balik ke Kanada, bertemu keluarga di sana, akan sangat sulit.

Sekarang saya mungkin akan tunggu dulu seandainya ada perubahan dalam peraturan, mungkin saya akan jadi WNI. Tetapi kalau saya harus lepas pasport Kanada saya, mungkin tidak.


Rencana ke depan?

Kontrak saya habis dengan Miles Films akhir bulan Juni. Habis itu saya kembali ke Papua dan bantu orangtua saya. Mereka ada SSB, sekolah sepakbola di sana, membantu anak-anak jalanan, selama 2,5 bulan. Ada kemungkinan kerja di Bali.


Berniat menikah dengan orang Papua?

Saya belum berpikir soal menikah. Sekarang saya lebih fokus ke kerja dan membantu orangtua saya.

VIDEO:


Baca juga: "Kulari Ke Pantai" hadir dalam bentuk buku anak

Baca juga: Cerita RAN saat harus buat lagu dalam dua hari

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018