Jakarta (ANTARA News) - BPPT telah meneliti sekitar 30 spesies tanaman di Indonesia yang bisa menjadi sumber biofuel atau bahan bakar nabati pengganti bahan bakar minyak (BBM), kata Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Wahono Sumaryono. "Selain BPPT, beberapa lembaga lain seperti IPB dan ITB juga telah meneliti sejumlah spesies tanaman lain yang bisa menjadi biofuel," kata Wahono yang ditanya melalui ponselnya di Jakarta, Senin. Spesies itu antara lain minyak kelapa (Cocos Nucifera), minyak kesambi (Sleichera Triyuga), minyak nyamplung (Callophyllum Inophylum), minyak kelor (Moringa Oleifera), Minyak kapok randu (Ceiba Pentanora), dan minyak randu alas (Bombax Malabaricum). Namun demikian yang berpotensi untuk dikembangkan selain minyak sawit (CPO/Elais Guineensis) yang telah ditanam secara komersial, juga jarak pagar (jatropha curcas) yang telah ditanam seluas total 25,581 ribu hektar hingga akhir Mei 2007 di berbagai provinsi. Kelebihan jarak pagar dibanding tanaman lain, jarak ini bisa tumbuh di lahan kritis, tak membutuhkan banyak air atau pupuk dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap suhu udara. Jarak juga bisa tumbuh di daerah tropik maupun subtropik dengan curah hujan rata-rata 480-2.380 mm, punya daya tahan tinggi terhadap hama dan penyakit tanaman serta tak dimakan hewan. Densitas tanaman ini mencapai 3.330 pohon per hektar dengan jarak tanam 2mx1,5m, 2.500 pohon per hektar (2mx2m) atau 670 pohon per hektar (2mx3m) dan umumnya dapat dipanen setelah berusia enam hingga delapan bulan dengan produktivitas optimal sejak umur dua tahun dan dipanen sepanjang tahun dengan umur tanaman mencapai 25 tahun. Negara-negara lain juga telah mengembangkan bahan baku biofuel berasal dari kedelai seperti AS dan Brazil, biji bunga matahari (Italia dan Perancis), zaitun (Spanyol), atau jarak pagar (Nikaragua). Keunggulan biodiesel dibanding solar, menurut dia, angka Cetane tinggi (>50) sehingga pembakaran cepat dan efisiensi termodinamisnya baik, titik kilat tinggi sehingga lebih aman dari kebakaran, tak mengandung sulfur dan benzene, menambah pelumasan mesin, mudah dicampur dengan solar dan mengurangi asap hitam dari gas buang mesin. Pada 2010, direncanakan dari 12,4 juta kilo liter (KL) kebutuhan solar bisa digantikan oleh biodiesel 1,24 juta KL dengan menggunakan CPO dan jarak pagar. Sedangkan kebutuhan premium 18,6 juta KL digantikan bioethanol sebesar 1,86 juta KL berasal dari 11 juta ton ubi kayu dan 600 ribu ton tetes tebu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007