Beijing (ANTARA News) - Jumlah korban tewas akibat banjir, sambaran halilintar, dan tanah longsor, di seantero China dalam musim panas ini, meningkat hampir 700 orang setelah angin topan pada pekan lalu menewaskan 17 orang, kata media massa resmi setempat, Senin. Sepuluh korban tewas di bagian tengah provinsi Hubei, di mana hujan dan banjir akibat meluapnya sungai terpanjang di negara itu, Yangtze, dan anak sungai utamanya, Han. Di bagian tengah provinsi Shaanxi, lima orang tewas tersapu banjir akibat hujan lebat yang memutuskan jalan-jalan, telekomunikasi di sekitar Shangluo, kata kantor berita China, Xinhua. Topan pada Sabtu menerjang bagian timur provinsi Anhui, di mana jutaan orang bergulat menghadapi ancaman meluapnya Sungai Huai pada bulan lalu, yang menewaskan satu orang dan mencederai tiga lainnya, kata Xinhua. Banjir ari di Sungai Huai telah mulai surut, namun 268.000 orang, termasuk 8.000 personel tentara, masih ditempatkan di sepanjang tanggul sungai itu untuk mencegah terjadinya kebobolan, katanya. Banjir telah berdampak terhadap 119 juta orang, atau mendekati satu per 10 penduduk China yang berjumlah 1,3 miliar jiwa, dan menyebabkan kerugian material mencapai 52,5 miliar yuan (7,0 miliar dolar AS), kata Xinhua. Ramalan cuaca menyebutkan bahwa hujan lebat kemunginan akan menghantam bagian baratdaya provinsi-provinsi Guizhou, Yunnan, Sichuan, dan Hubei dalam bebepa hari mendatang. Angin topan dapat juga menerjang kawasan kering di bagian utara negara itu pada Senin. Bagian-bagian wilayah China lainnya juga akan menderita berbagai jenis kesengsaraan akibat fenomena alam itu. Lebih dari satu juta orang menghadapi kekurangan pangan, air bersih di beberapa provinsi di bagian utara negara itu karena diterjang gelombang panas dan kekeringan, demikian Reuters.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007