Ketika kita membangun infrastruktur fisik seperti jalan tol, bandara, MRT, LRT, kita sesungguhnya membangun peradaban, membangun konektivitas budaya...
Denpasar, Bali (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan peradaban, menjadi penghubung pertemuan beragam budaya Nusantara.
"Ketika kita membangun infrastruktur fisik seperti jalan tol, bandara, MRT, LRT, kita sesungguhnya membangun peradaban, membangun konektivitas budaya, membangun infrastruktur budaya," kata Presiden saat memberikan kuliah umum di depan ribuan mahasiswa ISI Denpasar, Sabtu.
Ia menuturkan upaya pemerintah dalam tiga tahun terakhir menggenjot pembangunan infrastruktur seperti jalan Trans Papua, Trans Sumatera, dan Trans Kalimantan, serta pelabuhan dan bandara hendaknya tidak hanya dimaknai sebagai pembangunan infrastruktur.
"Jangan pula dimaknai untuk pembangunan ekonomi semata, ini masih banyak yang keliru. Tetapi pembangunan infrastruktur itu adalah bagian penting dari pembangunan infrastruktur budaya. Infrastruktur yang akan semakin mempersatukan 714 suku bangsa di bumi Nusantara," kata Presiden.
"Sehingga semakin merasakan bahwa kita ini satu bangsa, satu Tanah Air, dan saling menginspirasi," ia menambahkan.
Ia menjelaskan pula bahwa pembangunan infrastruktur fisik di daerah perbatasan dan terpencil serta pulau-pulau terdepan pada dasarnya juga ditujukan untuk membangun karakter bangsa.
"Bahwa saudara kita di wilayah tersebut, harus merasa menjadi bagian dari Indonesia, satu bangsa, satu Tanah Air, dan bangga menjadi warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," katanya.
Presiden menambahkan pembangunan sarana transportasi massal seperti LRT dan MRT sebenarnya juga merupakan bagian dari upaya membangun budaya baru untuk mencintai transportasi massal, membangun budaya tepat waktu dan antre.
Dalam acara yang dihadiri para rektor perguruan tinggi seni di Indonesia itu, dia juga menekankan bahwa pembangunan infrastruktur harus diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
"Sekarang bukan lagi negara kuat yang menguasai negara yang lemah, bukan negara besar menguasai yang kecil, yang terjadi adalah negara yang cepat akan menguasai negara yang lambat. Perubahan terjadi begitu cepat, sehingga yang lambat beradaptasi akan tertingggal," ujarnya.
Baca juga: Presiden harapkan ISI terus lahirkan karya kreatif
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018