Miami (ANTARA News) - Jumlah badai Atlantik secara rata-rata setiap musim telah berlipat dalam satu abad terakhir, sebagian disebabkan oleh bertambah hangatnya air laut dan perubahan pola yang ditimbulkan oleh pemanasan global, demikian hasil suatu studi yang disiarkan Ahad. Para peneliti badai telah berdebat selama bertahun-tahun apakah perubahan cuaca yang disebabkan oleh gas rumah kaca dari mobil, pabrik, dan kegiatan lain manusia mengakibatkan badan dan topan tropis yang bertambah banyak dan makin kuat. Studi baru tersebut, yang disiarkan Online di dalam "Philosophical Transactions of the Royal Society of London", menyatakan bertambahnya jumlah badai dan topan tropis dalam 100 tahun terakhir sangat berkaitan dengan kenaikan temperatur permukaan air laut sebesar 1,3 derajat Fahrenheit. Panel Antar-pemerintah mengenai Perubahan Iklim, yang berpengaruh, dalam peringatan yang tertuang dalam laporan tahun ini bahwa manusia memberi sumbangan bagi pemanasan global, menyatakan "lebih mungkin daripada tidak" bahwa manusia juga memberi sumbangan bagi kecenderungan bertambah kuatnya badai. Dalam studi baru tersebut, yang diselenggarakan oleh Greg Holland dari National Center for Atmospheric Research dan Peter Webster dari Georgia Institute of Technology, para peneliti menemukan tiga masa sejak 1990, ketika jumlah rata-rata badai dan topan tropis Atlantik meningkat tajam, dan kemudian mendatar dan tetap bertahan. Dari 1900 sampai 1930, musim badai Atlantik menghadapi rata-rata enam topan. Dari 1930 sampai 1940, angka rata-rata naik jadi 10, termasuk lima badai. Dari 1995 sampai 2005, angka rata-rata naik jadi 15, dengan delapan badai dan tujuh topan tropis, kata para peneliti tersebut kepada Reuters. Perubahan pada temperatur permukaan laut terjadi sebelum masa peningkatan topan, dengan kenaikan 0,7 derajat Fahrenheit sebelum masa 1930 dan peningkatan serupa sebelum masa 1995, kata mereka. "Jumlah ini adalah petunjuk kuat bahwa perubahan cuaca adalah faktor utama dalam peningkatan jumlah badai Atlantik," kata Holland dalam suatu pernyataan. Diragukan Namun orang yang ragu mengatakan data badai dari dasawarsa awal Abad XX tak dapat dijadikan pegangan karena topan tampaknya terbentuk dan mati di tengah samudra, tempat tak seorang pun mengetahui bahwa topan itu ada. Data yang lebih dapat diandalkan mulai tersedia pada 1944, ketika para peneliti melakukan pengamatan melalui pesawat udara, dan dari 1970, saat satelit mulai digunakan. Namun Holland dan Webster mengatakan peningkatan data dari separuh terakhir abad ini tak dapat semata-mata bertanggung jawab atas peningkatan tersebut. "Kita digiring kepada kesimpulan yang meyakinkan bahwa peningkatan bertambah sering terjadinya topan tropis belakangan ini sebagian disebabkan oleh pemanasan rumah kaca, dan ini adalah dampak yang paling dominan," tulis penyusun laporan studi itu. Pada 2004, empat badai kuat --Charley, Frances, Ivan dan Jeanne-- melanda Florida. Semua empat badai tersebut menempati posisi 10 tertinggi dalam urutan topan yang merenggut paling banyak korban dalam sejarah AS. Musim badai paling dahsyat 2005 menghasilkan 28 topan, 15 di antaranya menjadi badai termasuk Katrina --yang mengakibatkan kerugian 80 miliar dolar AS dan menewaskan 1.500 orang. Musim badai 2006 relatih tenang, dengan 10 topan. (*)
Copyright © ANTARA 2007