Manila (ANTARA News) - Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri se-Asia Tenggara atau AMM ke-40 ASEAN resmi dibuka di Manila, Senin pagi, oleh Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo. Dalam pertemuan yang digelar di Balai Sidang Internasional Filipina (PICC) itu hadir menlu dari 10 negara ASEAN, yaitu Menlu Brunai Pangeran Mohamed Bolkiah Menlu Kamboja Hor Namhong, Menlu Hassan Wirajuda, Menlu Laos Thingloun Sisoulith, Menklu Malaysia Dato` Seri Syed Hamid Albar, Menlu Myanmar U Nyan Win --Myanmar, Menlu Filipina Alberto G Romulo, Menlu Singapura George Yeo, Menlu Thailand Nitya Pisulsonggram dan Menlu Vietnam Le Chong Phung. Pertemuan AMM berlangsung selama lima hari, mulai 29 Juli hingga 2 Agustus, itu dijadwalkan akan membahas rancangan atau "cetak biru " dari Piagam ASEAN yang rencananya akan disahkan di tingkat kepala negara pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, November 2007, pengkajian perjanjian Kawasan Bebas Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), dan adopsi aturan pelaksana perluasan bantuan konsuler ASEAN kepada seluruh warga negara anggota ASEAN. AMM telah diawali oleh pertemuan tingkat pejabat senior ASEAN (SOM ASEAN) sejak awal pekan lalu dan pertemuan High Level Task Force (HLTF) yang bertugas untuk menyusun rancangan piagam ASEAN. Hari pertama pertemuan AMM akan dibuka dengan pertemuan informal untuk mendengarkan laporan kinerja HLTF dalam menyusun rancangan Piagam ASEAN. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan Komisi SEANWFZ dan penandatanganan sejumlah dokumen AMM. Menurut Direktur Jenderal ASEAN Departemen Luar Negeri RI, Dian Triansyah Djani, sejumlah dokumen yang akan ditandatangani dalam AMM adalah pernyataan bersama tentang penetapan 8 Agustus sebagai hari bersejarah ASEAN -- 8 Agustus 1967 adalah ulang tahun ASEAN --, penandatangan kerja sama ASEAN-Australia, dan penandatangan Treaty pf Amity (TAC) oleh Bangladesh dan Sri Lanka. Sementara itu, pada pidato sambutannya Gloria Arroyo menekankan keperluan untuk ASEAN memahami maksud dari "one caring and sharing community" agar ASEAN dapat lebih bersatu untuk menghadapi perkembangan dunia secara global. (*)
Copyright © ANTARA 2007