Palu (ANTARA News) - Ada yang unik di Kota Palu Sulawesi Tengah, Lebaran Mandura yang dirayakan seminggu setelah Lebaran.
Pengurus Masjid Jami Kelurahan Baru Kota Palu, Sulawesi Tengah Dr Husein Saleh menjelaskan "Mandura: terdiri dari tiga suku kata. "Man' artinya manusia, "Du" artinya dunia serta 'Ra" artinya fitra. Jadi makna mandura merupakan manusia yang kembali ke fitrah setelah sebulan penuh berpuasa.
Lebaran mandura merupakan salah satu tradisi yang digelar oleh warga Kelurahan Baru. Kegiatan itu juga dibarengi dengan pawai melintasi beberapa ruas jalan utama di Kota Palu.
Lebaran Mandura dirangkaikan dengan Kampung Baru Fair (KBF) III tahun 2018, yang bertema `plural` atau kemajemukan sebagai tema utama sekaligus kampanye perdamaian yang dilaksanakan di Jalan Cokro Aminoto Kelurahan Baru Kota Palu, Sulawesi Tengah, tanggal 21 - 23 Juni 2018.
Salah satu tujuan diadakannya "Lebaran Mandura" yang bermakna kembali ke fitrah adalah untuk memperkuat silaturahim antarsesama manusia.
"Iya, salah satu tujuan dari Lebaran Mandura yaitu untuk memperkuat umat, memperkuat silaturahim," kata Ketua Badan Pengurus Pembangunan Masjid Jami Kampung Baru Dr Husein Saleh, saat menyampaikan sambutan perayaan puncak Lebaran Mandura di masjid tersebut di Kota Palu, Jumat.
"Kemajemukan (plural) menjadi kata kunci yang dipilih sebagai tema utama Kampung Baru Fair (KBF) 21-23 Juni 2018," kata Migdad Himran, Ketua pelaksana KBF dan Lebaran Mandura 2018, melalui pesan tertulis, Rabu (20/6).
Menurut Migdad, tema itu menegaskan pesan kemajemukan dalam merayakan KBF yang memasuki tahun ketiga. KBF hadir sebagai ruang bersama warga di kawasan tua bersejarah bernama Kampung Baru, juga Kota Palu.
Kampung Baru Fair, sebut dia, yang dilaksanakan setiap seminggu setelah 1 Syawal atau Idul Fitri itu, memadukan konsep Islam dan tradisi yang diberi nama Lebaran Mandura.
"KBF merespon dengan cara yang kreatif bertemunya Islam dan tradisi yang diberi nama Lebaran Mandura. Kreativitaslah yang menjadikan KBF tidak hanya milik warga di suatu kawasan, tetapi juga di lingkup kota," sebutnya.
KBF, urai dia, lahir dari inisiasi warga. Kehadirannya telah jadi pemantik yang baik bagi tumbuhnya perayaan-perayaan tradisi yang dipadukan dengan konsep agama dalam sebuah kawasan di kelurahan yang lain di Kota Palu.
Menurut dia, pendekatan yang demikian sejalan dengan visi untuk menjadikan Palu sebagai kota jasa berbudaya dan beradat yang dilandasi iman dan takwa.
Rival Himran, musisi personel Steven & Coconut Treez turut serta menggagas lahirnya KBF. Rival yang lahir dan tumbuh di kawasan niaga pasar Tua Bambaru itu, meyakini bahwa Palu adalah gambaran representatif tentang Indonesia yang majemuk itu.
Karena, menurut dia, keberadaan di tengah Pulau Sulawesi, membuat Palu menjadi tempat pertemuan (melting pot) kebudayaan Nusantara.
"Dalam bentuk yang lebih kecil adalah Kampung Baru," sebut Rival.
Tema plural juga merespon semangat kebangsaan jelang suksesi politik baik di tingkat lokal maupun nasional. Kesadaran atas kemajemukan itu diharapkan dapat menjadi pondasi yang kuat atas kebinekaan Indonesia.
KBF dikemas dengan konsep acara yang akan terus berbeda dari tahun sebelumnya. KBF 2018 akan dimeriahkan oleh beragam pertunjukan seni budaya dan kuliner tradisional.
Tiga hari gelaran itu akan dikemas secara tematik. Hari pertama bernuansa religi, di hari kedua bercorak tradisi, dan hari terakhir yang bertema urban. Band reggae Steven & Coconut Treez juga akan ikut memeriahkan acara silaturahmi itu.
Baca juga: Pascalebaran warga Palu susah dapat elpiji subsidi
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018