Medan (ANTARA News) - Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan, TNI mengerahkan 26 personel Korps Marinir TNI AL, untuk membantu pencarian korban tenggelam KM Sinar Bangun di Danau Toba awal pekan ini.

"Dua hari lalu kita sudah kirim Taifib dari Jakarta beserta peralatannya, dan hari ini kita kerahkan pasukan katak sebanyak 25 personel," katanya, usai menjenguk korban selamat di RSUD Tuan Rondahaim, Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Kamis.

Dia berada di sana untuk memastikan operasi SAR gabungan berjalan baik dan lancar. Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya TNI M Syaugi, turut dalam paparan perkembangan operasi SAR di danau air tawar vulkanis terbesar di dunia itu.

Sejak beberapa hari lalu, Syaugi ada di lokasi untuk memimpin langsung operasi SAR gabungan yang melibatkan berbagai unsur dan komponen itu.

Tjahjanto menambahkan, selain penyelam TNI AL, TNI juga mengerahkan peralatan pengukur kedalaman perairan (Multibeam Echo Sounder) untuk mendeteksi kondisi dan kontur dasar danau, guna memudahkan pencarian dan evakuasi kapal serta korban tenggelam.

"Kami akan melakukan pencarian korban tenggelam termasuk posisi kapal yang tenggelam. Namun, kami juga tetap memperhatikan keamanan para anggota SAR, dimana manusia hanya mampu menyelam hingga kedalaman 50 meter. Sedangkan kapal diperkirakan ada di kedalaman sekitar 495 m. Karena itu dibutuhkan alat peralatan pendukung," katanya.

Ia menambahkan peralatan itu milik Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL, yang dipimpin Laksamana Muda TNI Haryo Susmoro, yang menyatakan, peralatan itu sudah tiba di lokasi pada Kamis sore ini.

TNI juga mengerahkan helikopter untuk mencari korban yang terbawa arus. "Kami akan kerahkan juga helikopter untuk menyisir semua penjuru, titik danau untuk mencari korban yang hanyut terbawa arus. Begitu ditemukan korban, maka personel udara menginfokan kepada aparat di darat dan danau untuk mendukung evakuasi," ujar Tjahjanto.

Ia menekankan, seluruh proses SAR gabungan di bawah koordinasi Badan SAR Nasional yang dipimpin Syaugi. "Semua proses dilakukan sesuai SOP Badan SAR Nasional. Teknik evakuasi juga demikian," katanya.

Terkait operasional SAR, Tjahjanto meminta agar bisa dilakukan setiap hati termasuk posko pengaduan masyarakat untuk mendukung proses evakuasi dan penyelidikan oleh polisi dan KNKT.

"Jika titik lokasi keberadaan kapal sudah diketahui, proses evakuasi dilakukan 24 jam. Kami meminta dukungan pemda untuk memenuhi keperluan SAR, di antaranya bahan bakar," katanya.

Pewarta: ANTARA
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018