Denpasar (ANTARA News) - Para raja se-Nusantara, termasuk dari Papua, mulai Minggu petang berdatangan ke hotel di kawasan wisata pantai Kuta, untuk melakukan musyawarah agung pertama di Bali selama lima hari, 30 Juli hinga 3 Agustus 2007. Ada 104 raja dan sultan yang datang dan hadir dalam pertemuan membahas masalah perkumpulan maupun program kerja untuk lima tahun ke depan, kata Sekretaris Panitia Musyawarah Agung I, Tjok Ngurah Oka Suralaga, di Kuta, Minggu. Pertemuan yang tidak mengundang unsur pemerintah itu akan membicarakan pembentukan forum secara permanen dan sekaligus melakukan pemilihan kepengurusan untuk periode lima tahun ke depan, sebagai tindaklanjut tim XI. Raja-raja bermusyawarah untuk bisa membahas kelanjutan program dari tim XI yang diketuai Raja Denpasar, Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan, sehingga mampu menelorkan forum sebagai wadah permanen serta menetapkan kepengurusannya. Suralaga mengatakan pada pertemuan tersebut nantinya juga akan menyusun program sebagai tujuan dan kiprah dari perkumpulan itu, menyangkut masalah memperdayakan keraton atau puri sebagai pusat pelestarian adat-istiadat, budaya dan sejarah. Pertemuan para raja yang datang dari Nusantara itu sama sekali tidak berniat mengembalikan kedudukan kraton atau puri di masyarakat, "pendeknya musyawarah para raja ini tidak ada kaitannya dengan ketatanegaraan," kata Suralaga. Bangsa Indonesia sejak memproklamirkan kemerdekaannya 17 Agustus 1945 secara otomatis sudah tidak ada kerajaan lagi, namun secara nilai sejarah pembentukan pemerintahan tentu awalnya adalah adanya berbagai kerajaan di negeri ini. Ia mengatakan forum ini juga sebagai pembentukan identitas bangsa dan mewadahi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal dengan NKRI, sebab kegiatan ini bisa sebagai wadah menjaga keragaman seni dan budaya nusantara. (*)
Copyright © ANTARA 2007