Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS yang cenderung melemah hingga di atas level Rp9.200 per dolar AS belum mengkhawatirkan, karena masih berada di bawah target yang telah ditetapkan Bank Indonesia (BI). "Posisi rupiah yang sudah di atas angka Rp9.200 per dolar AS tidak perlu dikhawatirkan, karena fundamental makro ekonomi Indonesia cukup baik," kata pengamat pasar uang, Edwin sinaga, di Jakarta, akhir pekan ini. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2007 sebesar enam persen yang diperkirakan akan berlanjut pada triwulan kedua menunjukkan fundamental ekonomi makro Indonesia semakin tumbuh. "Kami optimis dengan semakin tumbuhnya ekonomi nasional, rupiah akan tetap terjaga," katanya. Menurut dia, nilai tukar mata uang yang stabil menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara itu semakin baik. Hal ini juga terbukti dengan makin membesar cadangan devisa Bank Indonesia yang saat ini mencapai di atas 51 miliar dolar AS akan dapat menjaga pergerakan, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, akan tetap dipantau oleh Bank Indonesia (BI), apabila pergerakannya cenderung terus merosot hingga di atas level Rp9.200 per dolar AS. "Kami masih tetap menilai rupiah stabil sekalipun sudah berada di posisi Rp9.200 per dolar AS," katanya. Kekkhawatiran baru muncul apabila rupiah sudah mencapai level Rp9.400 per dolar AS, karena pada posisi itu kemungkinan untuk terus merosot cukup besar, katanya. Namun untuk menuju ke arah sana memerlukan perjuangan yang keras atau memang ada isu yang membuat rupiah bisa mencapai angka tersebut, ucapnya. Kalau melihat perkembangan bursa saham Indonesia, lanjutnya, rupiah seharusnya mendapat dukungan penguatan pasar, namun kenyataannya rupiah terus tertekan. "Karena itu, koreksi yang terjadi terhadap rupiah diperkirakan hanya sementara dan pada saatnya nanti akan memicu rupiah kembali menguat," katanya. Rupiah, menurut dia masih ada ruang untuk menguat, namun masih harus menunggu, karena faktor internal yang negatif seperti aksi demo buruh perusahaan sepatu Nike. Aksi buruh ini juga memberikan dampak negatif terhadap investor asing yang akan menginvestasikan dananya di pasar domestik, katanya. Ditanya apakah "hot money" asing yang masuk ke pasar modal akan keluar, ia mengatakan tidak perlu dikhawatirkan, karena pemerintah juga sudah mempersiapkan diri untuk bisa menahan dana asing itu. Pemerintah akan membuat iklim investasi yang lebih kondusif dengan membangun sarana dan prasarana, sehingga investor hanya menginvestasikan dananya dan membuka lapangan kerja, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007