President Director Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini Bandara Soetta sudah memiliki 3 trainset yang beroperasi dengan kapasitas angkut hingga 176 penumpang tiap perjalanan. Dengan rencana penambahan tersebut, nantinya akan ada enam trainset yang dapat mengangkut hingga 352 tiap perjalanan.
"Dilihat dari kenaikan pergerakan penumpang dari tahun ke tahun serta kurang lebih sebanyak 80 persen mayoritas pengguna skytrain adalah penumpang, maka kami akan melakukan pengembangan agar mereka tidak perlu menunggu lama untuk mobilisasi antarterminal," kata Awaluddin.
"Skytrain" atau kereta layang merupakan moda transportasi tanpa awak dengan menggunakan sistem automated guideway transit yang pertama di Indonesia khususnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sejak dioperasikan 17 September 2017, kereta layang semakin diminati penumpang sebagai pilihan moda transportasi antarterminal.
Saat ini Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 3 trainset yang beroperasi dual track (track A dan B) dengan lintasan sepanjang 3.07 km.
Kecepatan maksimalnya adalah 30 km/jam, dengan waktu antara headway 13 menit dan dwell time 1 menit. Namun, pengoperasian skytrain saat ini masih bersifat manual, yaitu masih melibatkan awak pengemudi di dalamnya.
Dalam pengembangan skytrain, AP II berencana melakukan pengotomatisan pengoperasian trainset tanpa awak. Kecepatannya pun akan ditambah dari headway yang semula 13 menit terpangkas menjadi 6 menit, sehingga frekuensi kereta juga akan lebih banyak dari yang tersedia saat ini.
Sementara itu, kondisi rute eksisting skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah Terminal 1 - Stasiun Kereta Bandara - Terminal 2 - Terminal 3 (pp).
Rute ini rencananya akan diperpanjang menuju ke rencana pembangunan Terminal 4 di area Soewarna Golf dan ke area komersial sky city yang saat ini pun masih dalam rencana pembangunan.
Selain mengembangkan skytrain, Angkasa Pura II juga akan membangun dan menyediakan fasilitas pendukung dari kereta layang ini seperti sky bridge, lintasan, shelter, serta sistem dan persinyalan, yang merupakan hal fundamental dalam pengoperasian skytrain tersebut.
"Progres pembangunan lintasan dan shelter tahap 1 sudah 100 persen, sedangkan progres pengembangan sistem dan persinyalan otomatis hampir mencapai 100 persen."
Dengan adanya rencana pengembangan sky train ini, minimum connecting time (MCT) yang diperlukan untuk berpindah antar terminal akan lebih efisien," tutup Awaluddin.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018