Medan (ANTARA News) - Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan Depkes RI, ada 41,7 persen penduduk Indonesia mengalami osteoporosis dini (keropos tulang). "Ini berarti dua dari lima penduduk Indonesia memiliki resiko untuk terkena osteoposis," kata Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof Dr.OK Moehad Sjah SpPD-KR, di Medan, Jumat. Data tersebut juga didukung dengan hasil riset terbaru yang dipublikasikan pada European Journal of Clinical Nutrition, yang mengungkapkan bahwa wanita-wanita di Jakarta mengkonsumsi kurang dari sepertiga asupan kalsium yang dianjurkan dan menderita kekurangan vitamin D. Peneliti dari Universitas Indonesia, Dr.Siti Muslimatum, menyatakan kalsium maupun vitamin D merupakan nutrisi penting untuk membentuk tulang yang kuat dan menjaga kesehatan tulang yang optimal. Tanpa nutrisi yang cukup, tulang akan berisiko menjadi tipis, keropos dan mudah patah seperti yang dikenal sebagai osteoporosis, katanya. Siti menyebutkan, vitamin D dihasilkan dari paparan sinar matahari yang diterima tubuh, sedangkan kalsium ditemukan pada makanan-makanan olahan dari susu, sayuran hijau dan ikan-ikanan. Rendahnya tingkat vitamin D secara khusus mengejutkan para peneliti, mengingat Jakarta terletak di garis khatulistiwa dan menikmati matahari sepanjang tahun. Ia menjelaskan bahwa walaupun penelitian lebih lanjut diperlukan, namun ada beberapa alasan yang mungkin menyebabkan kekurangan vitamin D. Wanita Asia cenderung memiliki kulit yang lebih gelap, karena banyaknya jumlah melanin kulit yang mungkin berpengaruh. Selain itu, secara kultural dan keyakinan, banyak wanita Asia berpakaian tertutup yang meninggalkan sedikit area kulit yang terbuka. Sementara wanita lain menghindari matahari karena alasan kosmetik atau kecantikan. Untuk menghadapi masalah ini, diperlukan strategi untuk meningkatkan status vitamin D dan kalsium pada wanita Indonesia. Hal ini dapat mencakup pola makanan dan gaya hidup dan peningkatan penggunaan makanan tertortifikasi yang tepat, ujarnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007