Saya membeli sepasang sepatu, tetapi saya hanya akan bisa memakai satu sepatu."
Gaza (ANTARA News) - Serangan fatal Israel atas sedikit-dikitnya menewaskan125 warga Palestina selama unjuk rasa di perbatasan Gaza membuat kelam perayaan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan Ramadan umat Muslim, di wilayah itu.
Kesulitan ekonomi dari tahun-tahun pengucilan, perang dan persaingan politik dalam negeri juga menggelapkan suasana hati warga di wilayah berpenduduk dua juta orang dan dikelola Hamas tersebut. Kawasan itu disebut ekonom Gaza memiliki tingkat pengangguran 49,9 persen, demikian laporan kantor berita Reuters.
"Ini adalah Idul Fitri tersulit dalam hidupku," kata Worod al-Jamal, yang anak lelakinya bernama Haitham (15) tewas akibat tembakan Israel dalam unjuk rasa pada 7 Juni 2018.
Dia menunjukkan kepada wartawan satu celana jins, sepatu dan kaos baru, yang dibeli sang putra dua hari sebelum kematiannya.
Membeli pakaian anak-anak baru adalah bagian dari tradisi liburan.
Baca juga: Tentara Israel tewaskan empat orang Palestina di perbatasan Gaza-Israel
Puluhan keluarga lain di Gaza juga berduka cita tahun ini. Memperdalam kemiskinan hanya menambah rasa putus asa.
"Situasinya buruk. Daya beli sangat lemah dan penjualan tahun ini berada pada titik terendah dalam beberapa tahun," kata Omar al-Bayouk, pemilik toko pakaian di Gaza.
Seperti toko lainnya di Gaza, ia menuturkan bahwa hampir tidak ada pelanggan menjelang liburan Idul Fitri 1439 Hijriyah.
Sementara itu, di kamp pengungsi Nusseirat Gaza, Abdel-Rahman Nofal (15) tampak berbelanja pakaian baru dengan ayahnya.
"Saya membeli sepasang sepatu, tetapi saya hanya akan bisa memakai satu sepatu. Yang lain, akan saya simpan di rumah, "kata remaja itu, yang kaki kirinya diamputasi setelah terluka akibat tembakan tentara Israel di salah satu protes di Gaza.
Warga Palestina telah mengadakan demonstrasi massal di perbatasan untuk menuntut hak kembali ke wilayah yang sekarang menjadu Israel tidak hanya bagi mereka yang melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang di sekitar pembentukan Israel pada 1948 tetapi juga untuk jutaan orang keturunan.
Baca juga: Liga Arab kecam tindakan Israel bunuh paramedis
Baca juga: Utusan PBB prihatin dengan peningkatan ketegangan di Gaza
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengutuk Israel pada Rabu (13/6) atas penggunaan kekuatan bersenjata yang berlebihan terhadap warga sipil Palestina.
Namun, Israel balas menuduh resolusi PBB itu bersifat satu pihak, karena tidak menyebutkan Hamas sebagai pihak pemicu aksi kekerasan.
Israel mengatakan bahwa banyak dari 125 orang hang tewas adalah militan yang menggunakan warga sebagai tameng manusia dan pasukannya memukul mundur serangan di pagar perbatasan dengan Gaza.
Baca juga: Israel akan selidiki tewasnya Razan al-Najjar
Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018