Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginginkan tujuh anak pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo kembali tumbuh menjadi anak yang normal setelah mendapat perawatan lebih lanjut dari sisi psikologisnya di Kementerian Sosial (Kemensos).
"Saya ingin mereka tumbuh normal. Tadi saya sampaikan kalau banyak teman banyak saudara itu seneng bisa bermain bisa belajar bersama-sama. Mereka juga ingin sekolah," kata Risma saat ditemui di sela penyerahan ketujuh anak pelaku teror oleh Polda Jatim ke Kemensos di Mapolda Jatim di Surabaya, Selasa.
Risma mengungkapkan, anak pelaku teror di Mapolrestabes Surabaya yakni Ais memang sudah lama ingin bertemu dengannya. Namun waktu itu, dia belum sreg.
"Ya tadi dia cerita macam-macam. Ternyata dia juara pencak silat di Jawa Timur. Ais tak kasih buku. Kalau Aisnya sudah ceria meskipun tangannya kan patah yang sebelah kanan. Dia nyampaikan seneng punya temen banyak, dia ingin main-main seperti temennya yang lain," katanya.
Dia menceritakan, pada awalnya, anak-anak tersebut sering mendebat sehingga waktu itu dirinya diminta untuk bantu mencarikan psikolog yang mengerti dengan agama.
"Terus saya carikan dari UINSA itu yang ngerti dalil-dalil. Jadi tadi juga jelaskannya ke anak-anak itu pakai dalil-dalil apa misalnya diajari senyum itu dalilnya apa senyum. Dan anak-anak itu lebih bisa menerima," tutur Risma.
Ditanya apakah ada kemungkinan Pemerintah Kota Surabaya mengadopsinya, Risma menyatakan hal itu agak sulit penanganannya terutama terkait keamanan mereka.
"Makanya kita nggak berani. Saya nggak berani karena ini menyangkut juga keamanan mereka. Itu nanti ditangani Kementerian Sosial," ujarnya.
Namun Risma menegaskan, Pemkot Surabaya akan tetap melihat perkembangan anak-anak tersebut karena juga menyangkut keamanan.
"Ya kalau bisa kembali ke keluarganya. Neneknya ikut ke sana menemani," ucapnya.
Baca juga: Kak Seto: anak terduga teroris tidak boleh terstigma
Baca juga: Mendikbud pastikan anak pelaku teror di Surabaya dapat akses pendidikan
Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018