New York (ANTARA News) - Harga minyak AS menetap lebih tinggi pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena pernyataan menteri perminyakan Irak melemparkan keraguan apakah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan memutuskan untuk meningkatkan produksi.
Menteri perminyakan Irak Jabar al-Luaibi mengatakan pada Senin (11/6) bahwa produsen-produsen tidak boleh dipengaruhi oleh tekanan untuk memproduksi lebih banyak minyak, di tengah laporan bahwa pemerintah AS telah secara tidak resmi meminta Arab Saudi dan beberapa produsen minyak lainnya untuk meningkatkan produksi sehari sebelum Washington memberlakukan sanksi baru terhadap Iran, menurut CNBC.
Harga minyak AS membalikkan kerugian awal menjadi menetap lebih tinggi menyusul laporan tersebut. Namun, kenaikannya dibatasi karena meningkatnya produksi Rusia dan AS memberikan tekanan terhadap harga minyak mentah berjangka.
Jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak AS naik satu rig menjadi total 862 rig pekan lalu, mencatat tingkat tertinggi sejak Maret 2015, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (8/6).
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 0,36 dolar AS menjadi menetap di 66,10 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus, tidak berubah pada 76,46 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, demikian Xinhua.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018