Kepala Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan di Markas Besar PBB bahwa banjir yang terjadi sejak April diduga menjadi penyebabnya.
Badan PBB itu melaporkan sebanyak separuh anak yang berusia di bawah lima tahun, atau "lebih dari 1,25 juta diperkirakan kekurangan gizi akut tahun ini. Jumat tersebut meliputi sebanyak 232.000 anak yang akan menderita kekurangan gizi akut dan memerlukan perawatan khusus penyelamat nyawa".
"Banyak daerah yang terkena dampak banjir berada di jalur wabah campak yang menyerang, dan puncak kasus kolera/diare berair akut adalah ancaman utama," kata Dujarric, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin.
"Hujan menyebarkan penyakit yang sangat mematikan bagi anak yang kekurangan gizi dengan sistem kekebalan tubuh yang rapuh," kata Christophe Boulierac, Juru Bicara UNICEF di Jenewa.
"Banjir telah merusak pusat air, instalasi kesehatan dan prasarana penting lain, dan 22 pusat gizi yang merawat lebih dari 6.000 anak penderita gizi buruk akut di daerah yang menampung orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka (IDP) dipaksa ditutup," katanya.
Boulierac mengatakan dana jangka-pendek UNICEF mulai tipis, dan "itu akan merugikan layanan air, kesehatan serta gizi".
UNICEF telah menerima 24,3 juta dolar AS tahun ini dari permintaannya sebesar 154,9 juta dolar AS yang, bersama dana yang dikeluarkan, menimbulkan jurang pemisah 110,3 juta dolar AS, atau 71 persen, katanya.
Baca juga: PBB: Somalia Utara rusak akibat topan tropis
Baca juga: Bom bunuh diri di Somalia cederai tujuh tentara
Baca juga: Somalia apresiasi bantuan Indonesia
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018