Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Australia, John Howard, akan meresmikan Konsulat Jenderal (Konjen) Australia yang baru di Bali pada Jumat, 27 Juli 2007. Menurut Konselor Urusan Publik Kedutaan Besar Australia di Jakarta, John Williams, Kamis, Howard akan meresmikan kantor Konjen Australia di Bali setelah ditutup pada 2004. "Konsulat Jenderal yang baru merupakan kantor yang modern, aman dan berfungsi secara penuh, yang akan memungkinkan Australia untuk mempertahankan kehadiran konsuler yang kuat di Bali, yang pertama kali didirikan pada 1981," katanya. Pembangunan Konsulat Jenderal yang baru itu menghabiskan dana 7,15 juta dolar Australia atau setara Rp55 miliar setelah penutupan kantor yang lama karena alasan keamanan pasca-serangan bom di Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada September 2004. Pembangunan dimulai di lokasi tersebut pada Mei 2006, dan kantor baru tersebut telah mulai beroperasi sejak 27 Mei 2007. Howard dijadwalkan akan meletakkan karangan bunga di salib kayu di taman peringatan di Konsulat Jenderal yang baru. Taman peringatan tersebut dirancang sebagai tempat untuk melakukan meditasi dan mengenang dengan tenang. Williams mengatakan hubungan Australia dengan Bali merupakan bagian penting hubungan keseluruhan yang lebih luas dengan Indonesia. "Australia menjalin hubungan ekonomi dan antar-masyarakat yang luas dengan Bali, termasuk investasi Australia yang cukup besar di sektor perhotelan, restoran dan pariwisata setempat," katanya. Konsulat Jenderal akan memberi pelayanan konsuler dan paspor kepada lebih dari 100.000 turis Australia yang berkunjung ke Bali dan provinsi sekitarnya setiap tahunnya, dan untuk warga Australia yang tinggal di kawasan tersebut. Konsulat Jenderal juga menerbitkan beberapa ribu visa setiap tahunnya (sekitar 3.500 pada tahun fiskal 2006-2007) untuk penduduk setempat yang akan bepergian ke Australia. Pusat Mata Australia-Bali (ABMEC) Selain itu, pada pagi harinya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Howard dijadwalkan bersama-sama meresmikan Pusat Mata Australia-Bali (Australia-Bali Memorial Eye Centre atau ABMEC), sebagai bagian dari paket bantuan sebesar 10,5 juta dolar Australia atau setara dengan Rp80 miliar yang diumumkan oleh Australia setelah serangan bom Oktober 2002 di Bali. Pusat mata senilai 7 juta dolar Australia atau setara dengan Rp50 miliar tersebut akan memberikan pelayanan perawatan mata kelas dunia untuk banyak orang Indonesia yang menderita kebutaan, dan fasilitas pelatihan bermutu tinggi untuk spesialis mata Indonesia. Fasilitas tersebut juga akan berfungsi sebagai tanda peringatan yang hidup dan praktis bagi semua korban serangan bom di Bali, katanya. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 55.000 warga Indonesia di Bali saja menderita kebutaan, dua per tiganya buta karena katarak dan mayoritas terlalu miskin untuk membayar biaya operasi bedah untuk mengembalikan penglihatan mereka. Menurut ketua Yayasan Kemanusiaan Indonesia, yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Bali dan Pemerintah Australia untuk mengembangkan fasilitas tersebut, kebanyakan dari mereka "buta karena mereka miskin, dan miskin karena mereka buta". ABMEC akan menggandakan jumlah operasi bedah katarak di Bali dari 3.000 setiap tahunnya menjadi lebih dari 6.000 pada 2010. Lebih dari dua per tiga pasien ABMEC akan menerima perawatan cuma-cuma. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007