"Program ini sangat membantu kami," ujar Budi Harno pemudik yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek pangkalan di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, kepada Antara di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta, Sabtu.
Budi menyebut, tanpa program mudik gratis itu, dirinya kesulitan kembali ke kampung halamannya di Jepara, Jawa Tengah.
Hal tersebut tak lepas dari meningginya tiket berbagai moda transportasi di kala musim mudik dan, karena permintaan membludak, sulit pula mendapatkan tiket.
"Program Jasa Raharja ini mempermudah saya dan anak kembali ke kampung," kata Budi.
Pendapat senada juga diungkapkan Tri, seorang ibu rumah tangga yang menjadikan Pekalongan, Jawa Tengah, sebagai tujuan mudiknya.
Menurut Tri, mudik dengan Jasa Raharja terasa lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan harus menumpang transportasi umum yang harga tiketnya mahal.
Dia pun teringat pada masa-masa ketika dirinya kembali ke kampung halaman dengan sepeda motor dan bus umum di bulan Ramadhan sebelum ini.
"Kalau naik sepeda motor, ngeri. Misalnya naik bus umum, juga sulit mendapatkan tiket, sampai tidur di terminal untuk menunggu kursi kosong," tutur Tri.
PT Jasa Raharja (Persero) memberangkatkan lebih dari 30 ribu pemudik pada tahun 2018 ke setidak-tidaknya 30 kota di beberapa provinsi seperti Semarang, Jepara, Salatiga, Pekalongan, Tegal, dan Klaten.
Para pemudik diberangkatkan dengan total 600 unit bus, delapan kereta api dan dua kapal laut.
Program Mudik Bareng BUMN demi mewujudkan komitmen BUMN Hadir Untuk Negeri mengalami peningkatan peserta mudik sekitar 65 persen dibandingkan tahun lalu.
Pada tahun 2018, sebanyak 164. 412 pemudik diberangkatkan oleh 62 perusahaan BUMN. Di tahun 2017, program ini diikuti 99.576 peserta yang didukung 27 perusahaan BUMN.
Baca juga: Bus mudik bareng BUMN lulus "ramp check"
Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018