Samarinda (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian melaksanakan buka puasa bersama dengan masyarakat Kalimantan Timur di halaman Mapolresta Samarinda, Jumat sore.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian datang di Samarinda, Kalimantan Timur dalam rangka melanjutkan agenda Safari Ramadhan nasional antara TNI dan Polri.
Sayangnya agenda acara buka puasa yang dilanjutkan dengan shalat taraweh tersebut sedikit molor karena dua Jenderal tersebut baru tiba ditempat acara beberapa menit sebelum azan magrib.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengakui bahwa terjadi salah hitung waktu, sehingga datang terlambat di tempat acara.
Tito mengaku tak mengetahui jika waktu tempuh dari Bandara APT Pranoto di Kecamatan Samarinda Utara, menuju Mapolresta Samarinda di Kecamatan Sungai Kunjang, memakan waktu sekitar 50 menit.
"Ternyata hitungan salah. Dari bandara perlu 45-50 menit. Termasuk sambutan saya baru habis taraweh," ucap Tito dalam sambutannya.
Meski demikian, Tito tak menyalahkan jauhnya bandara dari lokasi acara yang berada di dalam kota Samarinda.
Tito justru memuji Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, yang menetapkan lokasi bandara, sedikit jauh dari kota.
"Ini Bapak Gubernur Visioner. Sama seperti Kualanamu, bandaranya juga di luar. Cengkareng juga dulu begitu saat awal, masyarakat mengeluh jauh. Sekarang, macetnya minta ampun. Pembangunan pesat, nanti bandara itu (APT Pranoto) jadi di dalam kota juga. Memang bandara ideal di luar kota. Kami yang salah hitung," urai Tito.
Dalam sambutannya Tito yang juga mewakili Panglima TNI berbicara mengenai kesejahteraan kepolisian dan prajurit.
Selain itu, Tito juga mengingatkan pentingnya menjaga keamanan yang menjadi tugas bersama.
"Seperti kata Pak Gubernur. Modal membangun bangsa itu bukan banyaknya sumber daya alam, bukan pula sumber daya manusia. Tapi keamanan. Sebab, tanpa keamanan, kita tak bisa membangun walaupun kaya," katanya lagi.
Tidak hanya itu, Tito juga mewanti-wanti agar Kaltim yang kaya sumber alam, tak salah dikelola. Jika salah kelola, kata Tito, yang terjadi adalah bencana lingkungan.
"Dulu loggingnya luar biasa. Di bawah kayu, ada yang hitam-hitam itu, batubara. Kemudian ada lagi minyak. Coba di mana ada negara sekaya ini. Tapi kalau salah kelola, bencana lingkungan yang ada. Seperti kejadian di Teluk Balikpapan," tutur Tito.
Pewarta: Arumanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018