Ini adalah sebuah contoh pertama yang akan saya ikuti, saya lihat, selama enam bulan ke depan."
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta petani untuk bersinergi meningkatkan produksi pertanian guna memperbaiki kesejahteraan.
"Memang sebelumnya ada Gapoktan dan Poktan. Penting organisasi seperti ini. Tetapi, untuk bisa kita menang dalam bersaing, kelompoknya tidak bisa kecil-kecil, seperti Gapoktan dan Poktan. Kelompoknya harus besar, seperti yang kita lihat di cara-cara kerja perusahaan besar atau korporasi. Harus dalam jumlah besar," kata Presiden dalam sambutan peresmian program kewirausahaan dan digitalisasi sistem pertanian di Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis.
Gapoktan dan Poktan adalah Gabungan Kelompok Tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Kini kegiatan mereka diarahkan menjadi lebih sinergis layaknya perusahaan besar.
Menurut Presiden, petani yakin dapat bekerja meningkatkan produksi, seperti perusahaan besar.
Hal yang perlu dilakukan untuk mencapainya, dikemukakan Presiden, adalah bersinergi dalam organisasi besar dalam meningkatkan produktivitas.
Mitra Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama (MBB) yang telah menjadi proyek percontohan di daerah tersebut, misalnya, merupakan upaya pemerintah dalam membentuk wadah besar bagi para petani sekitar.
Para petani diharapkan untuk dapat bergabung dan mengambil manfaat dari adanya wadah binaan badan usaha milik negara (BUMN) itu.
"Ini adalah sebuah contoh pertama yang akan saya ikuti, saya lihat, selama enam bulan ke depan. Kalau ini berjalan dengan baik, kita akan lakukan di seluruh Tanah Air dalam mengorganisasi petani. Karena setelah kita pelajari, keuntungan terbesar dari pertanian itu didapat bukan dari pratanam, atau saat menanam, tetapi yang paling banyak adalah di pascapanennya," kata Presiden.
Baca juga: Di depan 500-an petani, Jokowi tekankan pentingnya digitalisasi pertanian
Lembaga itu memfasilitasi para petani untuk menjual berasnya dan mengemasnya ke dalam kemasan yang menarik. Kemudian produk-produk pertanian itu akan didistribusikan dan dipasarkan melalui pasar dalam jaringan (daring) berinternet.
Presiden menjelaskan upaya itu dapat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar.
"Nantinya beras-beras yang ada bisa berada pada posisi beras premium, harganya beda. Kemudian menjualnya juga tidak lewat tengkulak. Petani tidak dapat apa-apa kalau caranya seperti ini. Kalau petani bisa berjualan beras baru di situlah petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak," kata Presiden, dalam keterangan dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan RI itu juga mendorong para petani untuk bersama-sama pemerintah membenahi sektor pertanian nasional karena pangan merupakan salah satu komoditas yang akan menjadi rebutan negara manapun.
"Negara-negara yang tidak memiliki ketahanan pangan akan bingung. Artinya peran petani akan menjadi semakin penting ke depan, menjadi semakin strategis di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia," jelas Presiden.
Sejumlah pejabat yang mendampingi Presiden dalam acara itu antara lain Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agum Gumelar.
Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018