New York (ANTARA News) - Perancang Kate Spade, yang meninggal akibat bunuh diri di New York, telah bertahun-tahun mengalami gangguan mental namun menolak pengobatan, kata saudara perempuannya, Rabu (6/6/18).
Kematian perancang 55 tahun, yang tubuhnya ditemukan pada Rabu di apartemen Park Avenue, "mengejutkan saya", kata kakak Spade, Reta Saffo, pada The Kansas City Star dari rumahnya di Santa Fe, New Mexico.
"Kadang kamu tidak bisa menyelamatkan orang dari dirinya sendiri," tulis Saffo, menambahkan bahwa Spade khawatir pengobatan atau dirawat di rumah sakit akan merusak citra brand modenya.
"Saya terbang ke Napa dan NYC beberapa kali dalam 3-4 tahun terakhir untuk membantunya mendapatkan pengobatan yang ia butuhkan (dirawat di rumah sakit)," imbuh Saffo.
"Dia adalah orang yang selalu penuh semangat saat kecil dan saya merasa semua tekanan atas brand-nya (KS) mungkin menjadi pemicu di mana dia menjadi depresi manik."
Spade, perempuan asal Missouri yang awalnya bekerja sebagai jurnalis, termasuk editor aksesoris di majalah Mademoiselle, pertama kali meluncurkan label Kate Spade pada 1993 bersama suaminya Andy dan bantuan dari investor luar.
Mereknya yang identik dengan warna dan print terang terbukti disukai oleh perempuan warir.
Saffo mengatakan dia hampir bisa membuat adiknya mau dirawat, seperti dikutip AFP.
"Dia sudah siap pergi, tapi kemudian merasa takut pada pagi harinya. Saya bahkan bilang saya mau pergi bersamanya dan menjadi 'pasien' juga (dia suka ide itu) saya bilang kita bisa mengobrol tentang semuanya - masa kecil kami, dan lain-lain. Bahwa saya bisa membantunya memberikan apa yang ia butuhkan," kata Saffo.
"Gagasan itu tampaknya membuat dia lebih nyaman, dan kita sudah hampir mau menyiapkan pakaian, tapi pada akhirnya, 'citra' brand (Kate Spade yang ceria) lebih penting baginya untuk tetap bertahan. Dia betul-betul khawatir apa yang orang bilang bila mereka mengetahuinya."
Saffo, yang mengatakan suami Spade juga membantu agar istrinya mau dirawat, pada akhirnya berhenti mencoba setelah beberapa kali membujuk adiknya.
"Salah satu dari hal terakhir yang dia bilang padaku adalah, 'Reta, saya tahu kamu benci pemakaman dan tidak menghadirinya, tapi demi saya, tolong hadiri pemakaman saya. Kumohon!' Saya tahu mungkin dia punya rencana, tapi dia berkeras tidak punya," kata Saffo.
Laman TMZ mengatakan Spade menjadi depresi pada beberapa pekan terakhir setelah suaminya meninggalkannya dan ingin bercerai.
Dikutip Reuters, Suami Spade mengatakan mereka sudah tinggal terpisah selama 10 bulan, tapi tidak ada niat bercerai.
Andy Spade mengatakan dalam pernyataan pada New York Times bahwa dia dan putrinya yang masih remaja, Bea, sangat kehilangan dan tak bisa membayangkan hidup tanpanya.
"Selama 10 bulan terakhir kami tinggal terpisah, tapi dalam jarak beberapa blok. Bea tinggal bersama kami dan kami saling bertemu atau bicara setiap hari."
"Kami tidak berpisah secara legal, dan tidak pernah berdiskusi soal perceraian. Kami adalah sahabat yang berusaha menyelesaikan masalah dengan cara terbaik yang kami tahu. Kami sudah bersama-sama selama 35 tahun. Kami saling mencintai dan hanya butuh rihat," kata Andy.
Andy Spade mengatakan istrinya mengalami depresi dan kecemasan selama bertahun-tahun tetapi "tidak ada indikasi dan peringatan dia akan melakukan ini. Sangat mengejutkan."
"Dia sudah mencari pertolongan untuk depresi dan kecemasan selama lebih dari lima tahun, rutin ke dokter dan minum obat untuk depresi dan kecemasan. Tidak ada penggunaan obat terlarang atau alkohol. Tidak ada masalah bisnis," katanya dalam keterangan.
Baca juga: Desainer Amerika Kate Spade ditemukan tewas bunuh diri
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018