"Matinya paus bungkuk atau baleen itu diperkirakan karena sayatan baling-baling kapal laut, namun yang jelas kapal tersebut berukuran besar yang biasa beroperasi di perairan laut dalam," katanya di Probolinggo, Jawa Timur, Kamis.
Bangkai seekor paus bungkuk terdampar di Pantai Duta Probolinggo dan menjadi tontonan warga Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, pada Rabu (6/6).
"Setelah kami cek di lapangan, ada luka sayatan pada bagian bawah sisi kanan paus itu. Melihat jenis sayatannya jelas bahwa itu bukan serangan predator," tuturnya.
Ia mengatakan, paus yang mati karena faktor alamiah seperti tua atau serangan parasit, maka tidak akan ada luka sayatan dan apabila mati diserang predator seperti hiu, maka bekas lukanya akan berbeda.
"Kalau serangan predator seperti hiu, maka pasti ada bentuk gigitan dan ada luka cuilan. Sedangkan luka paus bungkuk yang mati itu bentuknya sayatan, sehingga dugaan sementara terkena benda tajam, seperti baling-baling kapal," katanya.
Saat dikonfirmasi terkait dengan evakuasi bangkai paus bungkuk, Yunianto menyarankan kepada nelayan setempat untuk menguburnya di tengah laut dan bukan di daratan karena menghemat tenaga dan biaya, serta praktis.
"Para nelayan bisa menarik paus itu dengan menggunakan 2-3 perahu, kemudian ditutupi jaring dan dikaitkan dengan jangkar yang dilepas di kedalaman 20 meter. Nanti bangkai itu akan hilang secara alami karena dimakan ikan-ikan kecil," ujarnya.
Ia menyarankan proses evakuasi harus segera dilakukan, agar tidak mencemari kawasan pesisir, apalagi diperkirakan paus tersebut mati sudah 4-5 hari dan telah mengeluarkan minyak bau dari tubuhnya.
"Mudah-mudahan bisa segera dibawa ke tengah laut sejauh mungkin, agar masyarakat pesisir juga tidak terganggu dengan baunya yang menyengat," katanya menambahkan.
Sementara salah seorang warga di pesisir Desa Randutatah, Syamsul Arifin menyetujui saran dari pihak dinas perikanan karena sebelumnya warga kebingungan untuk mengubur paus bungkuk yang sudah mati tersebut.
"Kalau ditarik ke darat memang membutuhkan tenaga ekstra dan belum lagi untuk urusan membuat galian yang dilakukan secara konvensional akan cukup sulit. Salah satu cara terbaiknya adalah menggali dengan alat berat, namun melihat dari lokasi sekitar paus yang terdampar, maka alat berat sulit masuk, sehingga kami setuju dengan saran dinas perikanan," ujarnya.
Baca juga: Bangkai Paus terdampar di Pantai Duta Probolinggo
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018