Penasehat LeKOP Ahcmad Husry kepada awak media di Samarinda, Rabu, mengatakan bahwa konsep awal pembangunan stadion itu tidak hanya untuk olahraga dan juga mendorong Kaltim menjadi kiblat olahraga.
Namun, kata Ahcmad Husry, bahwa keberadaan fasilitas olahraga yang mewah tersebut juga diharapkan bisa berdampak pada masyarakat dalam hal peningkatakan ekonomi.
"Sayangnya begitu Stadion itu terbangun dan hajatan utama PON sudah berlalu, timbul persoalan baru yakni masalah perawatan Stadion itu sendiri yang membutuhkan kucuran dana tidak sedikit," katanya.
Stadion yang dibangun dengan menghabiskan dana hampir Rp5 Triliun melalui dana APBD Kaltim itu, saat ini dalam kondisi tidak terawat dan sejumlah fasilitas olahraga sudah tidak bisa difungsikan lagi.
Tercatat ada sejumlah fasilitas olahraga yang berada di komplek Stadion Utama yang dulunya pernah digunakan sebagai tempat pertandingan PON 2018, seperti arena sepatu roda, kolam renang, lapangan bisbol, gedung bulu tangkis dalam kondisi rusak dan tidak pernah ada aktivitas.
Sementara Stadion utama untuk lapangan sepak bola, juga dalam kondisi cukup memprihatinkan, dengan tumbuhnya rumput liar di bangku penonton.
Ia menyarankan, bila Pemprov Kaltim dalam kondisi kesulitan untuk mengucurkan dana perawatan, lebih baik urusan pengelolaan Stadion tersebut diserahkan kepada pihak swasta.
Menurut Husry, sangat memungkinkan Stadion Utama tersebut dikelola oleh pihak swasta, bila memang punya nilai investasi bisnis.
Baca juga: Psikolog Amerika Kritik Optimalisasi Stadion di Kaltim
Pewarta: Arumanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018