Bangkai mamalia laut itu pertama kali ditemukan oleh seorang pelajar sekolah dasar negeri (SDN) Randutatah, Muhammad Rian pada Selasa (5/5) sore saat memancing di tepi pantai, namun awalnya ia menduga bangkai paus itu sebagai perahu yang terbalik.
"Awalnya saya menduga itu perahu terbalik di tengah laut dan saya kemudian menyampaikan kepada orang-orang di desa, namun setelah dilihat agak dekat, ternyata ikan paus yang terdampar," kata Rian di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
Salah seorang warga Desa Randutatah, Sutik, mengatakan posisi bangkai paus tersebut awalnya cukup jauh dari bibir Pantai Duta, namun lama-kelamaan bangkai tersebut semakin mendekat ke garis pantai hingga menyebabkan banyak warga yang berkerumun melihat pauas tersebut.
"Saat awal ditemukan, bangkai itu berjarak sekitar 20 kilometer dari bibir pantai, namun keesokan harinya, semakin ke tepi sampai berjarak 50 meter dari bibir pantai dan bangkai paus tersebut kini semakin dekat bibir pantai," katanya.
Informasi yang dihimpun di lapangan, bangkai paus itu memiliki panjang sekitar 10 meter dan jenisnya yakni paus bungkuk atau paus baleen dan berdasarkan keterangan warga, mamalia laut sejenis itu pernah ditemukan di Desa Tongas Wetan, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, pada Oktober 2017.
Sementara Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Probolinggo Wahid Noor Aziz mengatakan pihaknya sudah melihat bangkai paus itu dari jarak dekat dengan menggunakan perahu dan diperkirakan paus itu sudah mati sejak 4-5 hari yang lalu.
"Untuk ukuran paus bungkuk, paus yang mati itu masih tergolong remaja karena paus bungkuk dewasa memiliki panjang 12-16 meter dengan berat 36 ton," tuturnya.
Ia mengatakan paus yang mati tersebut memiliki bentuk tubuh yang istimewa dengan sirip dada panjang dan kepala menonjol.
"Hewan mamalia itu adalah hewan akrobatik, sehingga sering muncul di permukaan air dan biasanya paus bungkuk jantan mengeluarkan bunyi seperti lagu yang terdengar selama 10 sampai 20 menit dan diulang untuk beberapa jam pada satu waktu," katanya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018