New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menghadapi serangan Rabu, karena pernyataannya bahwa Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB telah mengabaikan pelecehan di seluruh dunia dan malah mengincar Israel. Ban membuat marah Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang memiliki 57 anggota, ketika ia pada Juni mengatakan bahwa Dewan yang berpusat di Jenewa itu mesti memperhatikan semua situasi pelanggaran HAM. Beberapa negara OKI menjadi anggota Dewan HAM. Pakistan, yang menjadi Ketua OKI, mengatakan kepada Dewan beranggotakan 49-negara itu pada pertemuan lanjutan Rabu di Jenewa bahwa Dewan tersebut, bukan hanya anggota dari negara Islam, mesti "melangsingkan" hubungannya dengan Ban. UN Watch, organisasi non-pemerintah yang memantau kegiatan PBB di Jenewa, menyatakan Pakistan mengecam Ban karena menyalahkan pemusatan perhatian khusus Dewan itu pada masalah yang berhubungan dengan Palestina, sementara mengabaikan pelanggaran HAM di negara lain. Negara Islam telah mengecam penganiayaan oleh Israel terhadap orang Palestina dan wilayah pendudukan Palestina. UN Watch menyatakan Mesir, anggota lain Dewan HAM, mengatakan pernyataan Ban adalah perkembangan yang sangat tak menguntungkan dan "kami akan meminta penjelasan lebih jauh mengenai pernyataan tersebut dan cara yang tepat oleh Dewan untuk mengabsahkan keaslian pernyataan itu dan konteksnya". Sejak pengesahannya di Jenewa pada 2006, Dewan HAM telah mensahkan beberapa resolusi yang mengecam Israel dan "mengabaikan pelanggaran HAM di Sudan" sampai-sampai Dewan itu diserang oleh PBB karena menyebutkan nama Israel. Amerika Serikat telah menolak untuk bergabung dengan Dewan tersebut, dan menyatakan bahwa kriteria pemilihan 49 anggotanya "cacat dan semua negara yang dikenal melakukan pelanggaran HAM berat dapat terpilih sebagai anggotanya". Dewan HAM menggantikan Komisi Hak Asasi Manusia PBB, yang dibubarkan karena gagal melindungi dan mendorong HAM di seluruh dunia. Tetapi banyak pemerintah, termasuk AS, menyatakan Dewan HAM dapat "menjadi pengganti yang lebih buruk". UN Watch melaporkan bahwa Kanada membela Ban pada sidang Rabu itu, demikian laporan DPA. (*)

Copyright © ANTARA 2007