Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mendapat apresiasi dari negara-negara ASEAN peserta pertemuan Technical Working Group (TWG) on Transboundary Haze Pollutionatas atas keberhasilannya dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sekaligus Ketua Delegasi Indonesia dalam TWG Raffles B. Panjaitan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa terjadi perubahan paradigma penanganan karhutla di Indonesia. Semula prioritas pada pemadaman saat fase krisis, namun pascatahun 2015 lebih mengutamakan aspek-aspek pencegahan.
"Kejadian kebakaran Tahun 2015 menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia, bahwa upaya pencegahan sangat penting dalam pengendalian karhutla. Oleh karena itu, pascaperistiwa itu kami menekankan untuk melakukan pencegahan karhutla sejak dini untuk meminimalisir terjadinya karhutla yang besar yang berdampak pada kabut asap,"kata Raffles.
Indonesia dinilai berhasil dalam pencegahan, peningkatan kesiapan, dan mitigasi karhutla yang tercermin dari turunnya jumlah hotspot sejak 2016. Hal ini merupakan hasil upaya bersama, sesuai arahan khusus Presiden Joko Widodo dalam forum rapat koordinasi pencegahan karhutla yang setiap tahun digelar.
Apresiasi tersebut, menurut Raffles, disampaikan negara-negara peserta pertemuan Technical Working Group (TWG) on Transboundary Haze Pollution yang dilanjutkan dengan Pertemuan The Sub-Regional Ministerial Steering Committee (MSC) on Transboundary Haze Pollution di Bangkok, Thailand, pada tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 2018.
Pertemuan TWG/MSC tahun ini merupakan pertemuan ke-20 yang dihadiri oleh menteri atau perwakilan yang bertanggung jawab atas lingkungan, untuk lahan kebakaran hutan dan kabut asap yaitu dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, serta Sekretariat ASEAN.
Dalam pertemuan masing-masing negara menyampaikan perkembangan kondisi karhutla serta kondisi asap sebagai dampak karhutla. Hasil dari pertemuan TWG ini menjadi bahan dalam Pertemuan MSC yang merupakan pertemuan tingkat Menteri masing-masing negara.
Dalam pertemuan MSC, hadir mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Plt. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim yang juga bertindak sebagai Ketua Delegasi RI, I.B. Putera Parthama.
Putera menyampaikan bahwa Indonesia terus mengajak kepada negara-negara anggota ASEAN untuk terus meningkatkan kemampuan National Monitoring Centre masing-masing negara agar dapat berkontribusi dan menjalankan peran sentralnya dalam monitoring dan assessment terhadap asap lintas batas.
Delegasi Indonesia juga diwakili oleh Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, dan Direktur Kerjasama Sosial dan Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri.
Baca juga: Riau pertimbangkan perpanjang status siaga kebakaran hutan-lahan
Para menteri lima negara yang hadir pada pertemuan MSC sepakat bahwa akan tetap waspada dan akan memantau serta meningkatkan upaya pencegahan karhutla untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kabut asap lintas batas selama periode musim kering.
Para menteri juga menegaskan kembali kesiapsiagaannya untuk memberikan bantuan, seperti dukungan sumber daya teknis pemadaman karhutla pada situasi tanggap darurat. Mereka juga siap bekerjasama antara negara anggota ASEAN dengan saling berkoordinasi untuk mengurangi karhutla jika diminta oleh suatu negara.
Tiga keputusan
Pertemuan ke-20 Technical Working Group dan Sub-Regional Ministerial Steering Committee on Transboundary Haze Pollution (TWG/MSC 20) menghasilkan tiga keputusan penting, yaitu pertama, menyepakati untuk terus mendukung Indonesia dalam hal pendirian ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACCTHPC) yang saat ini tengah dalam proses finalisasi establishment agreement.
Kedua, menyepakati usulan Indonesia agar mid-term review atas ASEAN HazeFree Roadmap 2020 dilakukan dengan menggunakan Haze Fund yang memerlukan persetujuan negara anggota ASEAN untuk memastikan objektivitas dan netralitas konsultan pelaksana. Ketiga, menyepakati usulan Indonesia untuk menunggu input paling lambat akhir Juni 2018 dari AMS yang tidak hadir dalam TWG/MSC 20 atas paper Streamlining of Haze Related Meetings sebelum dilaporkan pada COM/COP-14.
Sementara itu, Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pada Minggu (3/6), pukul 20.00 WIB, berdasarkan pantauan satelit NOAA terpantau lima titik, empat titik di Aceh dan satu titik di Sumatera Selatan. Sedangkan berdasarkan satelit TERRA AQUA (NASA) terpantau satu hostpot di Kalimantan Barat.
Baca juga: Riau perpanjang status siaga kebakaran hutan-lahan
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018