Jakarta (ANTARA News) - Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI menyatakan prihatin paham radikalaisme telah masuk ke kampus dan hal itu harus menjadi perhatian serius semua pihak.
"Prihatin dengan temuan Polri atas masuknya paham radikalisme di perguruan tinggi di Indonesia," kata Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR RI Reni Marlinawati dalam pernyataan pers yang disampaikan di Jakarta, Senin.
Dia menyatakan, pemerintah dan pihak pengelola kampus harus berusaha keras untuk membersihkan kampus dari tempat persemaian paham radikalisme.
Pemerintah dan pengelola kampus harus membuat sistem yang ajeg serta konten bahan ajar dan pengawasan dalam proses belajar-mengajar di kampus untuk menangkal paham radikalisme bersemai di lingkungan kampus.
"Penyebaran paham radikalisme di perguruan tinggi telah masuk level `lampu kuning`," kata Reni yang juga Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan.
Dia berharap, upaya pembersihan paham radikalisme di perguruan tinggi tidak dimaknai dengan pemasungan kebebasan berpikir di ranah perguruan tinggi. Kampus harus menjadi tempat persemaian kebebasan berpikir melalui nalar yang merdeka dari berbagai tekanan dan intimidasi dari pihak manapun.
"Aparat Polri dan pihak kampus harus memastikan kampus dijaga sebagai tempat perayaan kebebasan berpikir," ucapnya.
Sedangkan pihak perguruan tinggi harus melakukan langkah preventif atas sejumlah temuan terkait paham radikalisme di perguruan tinggi. Langkah pencegahan jauh lebih efektif daripada langkah penindakan.
Baca juga: Seluruh rektor perguruan tinggi akan dikumpulkan bahas radikalisme di kampus
"Langkah pencegahan ini harus melibatkan seluruh civitas akademika perguruan tinggi," ujarnya.
Momentum pendaftaran mahasiswa baru semestinya dijadikan kesempatan emas bagi pihak kampus untuk menyaring mahasiswa agar tidak terpapar dari paham radikalisme. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga dapat menjadi garda terdepan untuk memastikan mahasiswa baru dipastikan bersih dari paparan paham radikal.
"Momentum orientasi pengenalan kampus (Ospek) harus diarahkan pada pengenalan kampus dan memastikan mahasiswa baru tidak terpapar paham radikalisme," katanya.
Pada Sabtu (2/6) Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri bersama dengan Polda Riau menyita empat bom rakitan berdaya ledak tinggi dari hasil penggerebekan di Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Riau.
Selain empat bom rakitan, polisi juga menyita sejumlah bahan peledak lainnya. Bahan-bahan peledak tersebut sangat sensitif.
Bahan peledak dan bom itu, kata polisi, dirakit oleh tiga terduga teroris masing-masing berinisial Z, B, dan K. Ketiganya merupakan alumni perguruan tinggi negeri tersebut masing-masing angkatan 2002, 2004 dan 2005.
Baca juga: Media sosial mahasiswa akan dipantau
Pewarta: Sri Muryono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018