Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Sabtu siang awal pekan lalu, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Riau mendadak riuh. Puluhan Brimob bersenjata lengkap seketika menyebar setelah turun dari kendaraan taktis Baracuda.
Dengan menenteng senjata laras panjang, berpakaian serba hitam serta berpenutup wajah, para Brimob siaga di luar garis polisi yang dipasang mengelilingi Gedung Gelanggang Mahasiwa Fisip Universitas Riau (Unri).
Beberapa dari mereka tak sungkan mengusir mahasiswa serta awak media yang penasaran dan mendekat tempat kejadian perkara, Jalan HR Subrantas, Kota Pekanbaru, 2 Juni 2018 lalu.
Selain satu Baracuda, satu unit mobil Gegana dan Inafis juga siaga di salah satu pintu masuk utama perguruan tinggi negeri terbesar di Riau tersebut.
Di dalam garis Polisi yang melingkar dengan diameter 20 meter itu, terlihat puluhan personel Polda Riau, Polresta Pekanbaru dan Detasemen Khusus 88 Antiteror sibuk keluar masuk gedung Gelanggang Mahasiswa.
Beberapa saat kemudian, mereka keluar dari gedung berlantai dua berwarna oranye itu. Beberapa dari mereka tampak menenteng sejumlah plastik berisi beragam jenis barang sitaan.
Dengan cekatan, mereka berusaha menghindari jepretan kamera dan langsung bergegas masuk ke Mobil Gegana.
Tidak lama berselang Direktur Kriminal Umum Polda Riau, Kombes Pol Hadi Purwanto dan Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Susanto meninggalkan gedung tersebut. Namun, keduanya kompak diam membisu terkait penggeledahan tersebut.
Upaya penggeledahan yang berlangsung selama dua jam pun selesai. Polisi juga langsung membongkar garis polisi yang sebelumnya terpasang.
Kondisi kampus kembali normal. Kegiatan olahraga sore juga digelar, namun para mahasiswa masih belum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.
Kapolda Riau, Inspektur Jenderal Polisi Nandang akhirnya buka suara terkait upaya penggeledahan yang dilakukan di Kampus Unri Panam, Pekanbaru tersebut.
Secara mengejutkan, Kapolda mengatakan bahwa jajarannya menyita empat unit bom berdaya ledak tinggi dari penggerebekan tersebut. Bom pipa itu disebut-sebut sejenis triacetone triperoxcide (TATP), atau juga dikenal "Mother of Satan".
Daya ledak bom rakitan itu diklaim setara dengan bom yang meledak di Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Selain itu, Nandang juga mengatakan Densus 88 Antiteror dan Polda Riau menangkap tiga terduga teroris. Mereka masing-masing berinisial Z, B dan K. Ketiganya merupakan alumni Fisip Unri, masing-masing angkatan 2002, 2004 dan 2005.
Belakangan, Mabes Polri menyatakan dari tiga pelaku yang diamankan, satu diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka. Dia adalah Z alias alias Zamzam alias Zega. Sementara dua terduga lainnya berstatus sebagai saksi.
Sinyal penetapan Z sebagai tersangka sebenarnya telah disampaikan Nandang saat keterangan pers Sabtu malam itu. Nandang mengatakan Z merupakan sang inisiator dan peracik bom "Emaknya Setan" tersebut. Selain itu, Z yang merupakan alumni Jurusan Pariwisata Fisip Unri itu disebut penyebar paham radikal di kampus.
Penyelidikan Dua Pekan.
Sebelumnya Sabtu siang mencekam di Kampus Unri terjadi, Polisi sebenarnya telah melakukan pengintaian selama dua pekan lamanya. Hal itu diakui Nandang yang mengatakan Polda Riau telah melakukan penyelidikan dua pekan terakhir.
"Dua minggu sudah (mulai) kita lidik (penyelidikan)," katanya.
Selama dua pekan itu, Polda Riau terus memantau pergerakan Z cs. Dari informasi polisi, Z bersama kedua rekannya telah berada di Kampus Unri selama satu bulan.
Selama itu pula mereka menginap di Sekretariat Mapala Sakai, Fisip Unri. Sementara kesehariannya, Z cs menghabiskan waktu di Gelanggang Mahasiswa. Disanalah mereka diduga meracik bom-bom setan berdaya ledak tinggi.
Awalnya, dia mengatakan Polda Riau bersama dengan Detasemen Khusus 88 Antiteror berencana melakukan penggerebekan tersebut pada Jumat, atau sehari sebelum penggerebekan. Namun, dia mengatakan penggerebekan itu urung dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan.
Dia menjelaskan sebelum melakukan penggerebekan, Polisi terlebih dahulu telah mengumpulkan data, terkait siapa, bagaimana dan bentuk aktivitas mencurigakan di perguruan tinggi negeri terbesar di Riau tersebut.
"Setelah memperoleh data awal akurat, tentang siapa, bagaimana, akan lakukan apa, sudah diketahui sedari awal, baru kita gerebek," tegasnya.
Tiga terduga teroris yang ditangkap Densus 88 dan Polda Riau, di kawasan Kampus Fisip Unri berencana meledakkan bom-bom "setan" rakitannya di gedung DPR dan DPRD Riau.
Fakta itu terungkap setelah ketiganya diperiksa intesif oleh Polisi. Nandang mengaku bersyukur bahwa Polisi berhasil menggagalkan upaya tersebut sehingga aksi itu dapat digagalkan, dan tidak menimbulkan korban jiwa akibat perbuatan yang termasuk kejahatan luar biasa tersebut.
"Kita bersyukur malam ini Tuhan menunjukan kepada kita sehingga tidak terjadi korban sia-sia," tuturnya.
Selain berencana melakukan peledakan di DPR RI dan DPRD Riau, turut terungkap bahwa terduga teroris kampus itu juga terkait dengan penyerangan yang terjadi di Mapolda Riau pada 16 Mei 2018 lalu.
Saat itu, empat terduga teroris bersimbah darah mati ditembak polisi, setelah sebelumnya menerobos masuk gedung Polda Riau dan menyerang sejumlah polisi menggunakan senjata tajam.
Dalam insiden serangan itu, seorang personel Polisi meninggal dunia, Iptu Luar Biasa Anumerta Auzar.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengungkapkan, salah satu otak penyerangan Mapolda Riau yang tewas ditembak, Pak Ngah, sempat memean bom ke terduga teroris Z.
Selain itu, Setyo juga menjelaskan bahwa Z yang merupakan pegawai swasta asal Lubuk Sakat, Kabupaten Kampar, Riau itu diduga bagian dari kelompok Jemaah Asnharut Daulah (JAD). Kelompok yang sama penyerangan Mapolda Riau kala itu.
Konsolidasi Pasca Penggerebekan Terduga Teroris
Tagar #UnriTolakTerorisme #UnriJantungHatiMasyarakatRiau menyebar secara massif di berbagai jenis media sosial pasca penggerebekan. Tagar itu seolah menjadi perekat ditengah-tengah kegaduhan pasca penyusupan terduga teroris di kampus.
Secara khusus, Rektor Unri, Profesor Dr Aras Mulyadi memberikan apresiasi kepada Polri atas keberhasilan mengungkap jaringan terorisme yang bercokol di kampus perguruan tinggi negeri terbesar di Bumi Lancang Kuning tersebut.
Dia menyakini jika alumni Unri yang terpapar paham radikal dan tidak diungkap Polisi, maka akan menimbulkan banyak korban jiwa.
Selama ini, dia mengatakan pihak kampus sama sekali tidak mencurigai seluruh kegiatan, terutama yang melibatkan alumni di salah satu perguruan tinggi tertua di Riau tersebut. Untuk itu, dia mengaku sangat menyayangkan dengan adanya insiden tersebut.
Aras mengatakan pihaknya akan segera melakukan konsolidasi secara internal pasca kejadian itu, sehingga mencegah kejadian serupa terjadi kembali.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018