Bojonegoro (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) Prof. Mohamad Nasir meminta dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia dengan jumlah sekitar 200 dosen untuk bisa menetap agar bisa memberikan hasil maksimal bagi mahasiswa.

"Kami minta dosen luar negeri yang sudah mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia bisa menetap sekitar 2 tahun agar hasilnya bisa maksimal. Data yang ada di Indonesia sudah ada ya berkisar 150-200 dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia," kata dia di Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu.

Hanya saja, menurut dia, dosen luar negeri yang mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia tersebut hanya menetap sekitar sebulan kemudian kembali lagi ke negaranya.

"Tapi kalau bisa menetap selama 2 tahun misalnya, maka hasilnya akan maksimal bagi mahasiswa yang belajar di S1,S2 juga S3," kata dia menegaskan.

Ia juga mengatakan kalau memang ada anggaran juga berminat mendatangkan lagi tambahan dosen luar negeri untuk mengajar di Indonesia terutama dosen "science" dan teknologi.

"Dosen yang kita butuhkan yaitu dosen "science" dan teknologi, sebagai usaha meningkatkan ekonomi di Indonesia," ujarnya.

Terkait peristiwa tertangkapnya tiga terduga teroris di kampus Universitas Riau (UNRI), serta dua buah bom pipa besi dan bahan peledak, ia meminta kasus itu harus diusut tuntas.Ia tidak ingin kasus terorisme dan radikalisme masuk ke kampus di Indonesia.

"Saya tidak ingin kasus radikalisme masuk kampus, jadi harus diusut tuntas termasuk pengelola universitasnya harus bertanggung jawab," ujarnya menegaskan.

Pada kesempatan memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri (IAIS) dan UNUgiri di Bojonegoro, ia menjelaskan ada tiga faktor rendahnya kualitas pendidikan yaitu kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris.

Selain itu juga kemampuan menguasai matematika dan kurangnya publikasi ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Ia mencontohkan pada 2015 publikasi ilmu pengetahuan dari PT di Indonesia hanya sekitar 4.500 publikasi, masih kalah dibandingkan dengan Singapura dengan jumlah sekitar 8.000 publikasi.

"Dengan berbagai upaya akhirnya PT di Indonesia pada 2018 mampu mempublikasi ilmu pengetahuan dengan jumlah sekitar 9.500 publikasi, sedangkan Singapura hanya sekitar 8.000 publikasi," kata dia menjelaskan.

Selain di memberikan kuliah umum di IAIS dan UNUgiri, Prof. Mohamad Nasir juga mengunjungi Pondok Pesantren Talun di Desa Talun, Kecamatan Sumberrejo.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) Mohamad Nasir memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri (IAIS) dan UNUgiri di Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu (3/6/2018). Pada kesempatan itu, ia meminta mahasiswa meningkatkan kemampuan "science" dan teknologi, selain bahasa Inggris sebagai usaha meningkatkan mutu pendidikan. (ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018