Batam (ANTARA News) - Setiap tahun, Indonesia menyia-nyiakan enam juta ton produksi sagu kering yang berpotensi menghasilkan tiga juta ton bioetanol, zat campuran bensin agar hemat.
"Indonesia memiliki 1,4 juta ha lahan sagu, yang dapat menghasilkan enam juta ton sagu yang tidak dipanen," kata Ketua Umum Perhimpunan Pendayagunaan Sagu Indonesia (PPSI) Nadirman Haska di sela-sela Lokakarya Pengembangan Sagu di Indonesia, di Batam, Rabu.
Menurut Nadirman, setiap satu gram sagu dapat menghasilkan setengah gram bioetanol.
Ia menyatakan bioetanol dapat dicampur dengan bensin tanpa merusak kadar bahan bakar tersebut dengan perbandingan 1:5.
"Bisa dicampur bensin 20-40 persen," katanya.
Bioetanol sagu bahkan dapat menjadi bahan bakar murni seperti biodiesel, namun, seluruh komponen mesin harus disesuaikan sebelumnya, lanjut Nadirman.
Penelitian mengenai kandungan sagu dilakukan peneliti BPPT itu sejak tahun 70-an.
Pohon sagu hanya tumbuh di Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini.
Ia mengatakan dari 1,4 juta ha lahan sagu, 1,2 juta ha di antaranya terdapat di Pulau Irian.
"Sayang kalau tidak dimanfaatkan karena Indonesia memproduksi 60 persen sagu dunia. " katanya.
Menurut Nadirman, pengembangan pemanfaatan sagu menjadi tanggungjawab pemerintah, karena tidak ada negara lain yang perhatian dengan tanaman penghasil karbonhidrat tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007