Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis, berharap Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) memiliki pemikiran aktual terkait Islam yang moderat untuk diterapkan di Tanah Air.
"Harapan kita semua, tentu teman-teman ICMI mempunyai pemikiran aktual karena kalau pikirannya kembali pada masa lalu, terjadilah seperti sekarang ini; ada sekeluarga mau bunuh diri untuk paham ideologi yang tentu kita kita katakan tidak benar," kata Jusuf Kalla dalam acara buka puasa bersama ICMI di Istana Wakil Presiden Jakarta, Kamis petang.
Wapres mengatakan pemahaman tentang agama semakin hari semakin berkembang mengikuti perkembangan jaman. Oleh karena itu, Wapres berharap ICMI dapat membawa pemikiran keislaman yang baik.
"Agama itu mengikuti kemoderenan, seperti saya katakan halal dan haram itu ada pengaruh politiknya. Dulu di Arab Saudi haram nonton bioskop, begitu politik berubah maka jadi halal nonton bioskop itu," katanya.
Selain itu, Wapres mencontohkan tentang penggunaan alkohol di masyarakat. Menurut Kalla, alkohol bersifat haram apabila dikonsumsi hingga memabukkan, sementara untuk penggunaan medis alkohol tidak diharamkan.
"Jadi halal dan haram itu bukan barangnya, tapi untuk apa manfaatnya itu. Kalau `khamar' dipakai mabuk ya haram. Kalau alkohol dipakai untuk membersihkan sebelum disuntik, sebelum operasi ya pasti tidak haram karena fungsinya untuk membersihkan," jelasnya.
Wapres juga menceritakan pengalaman spiritualnya ketika menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Turki pada 18 Mei lalu. Pelaksanaan KTT OKI pada awal bulan Ramadhan justru tidak terasa suasana berbuka puasa.
"Bulan puasa tentu saya pikir Ramadhan dan pertemuan pertama jam 5 sore sampai maghrib saya pikir ada ishoma (istirahat, sholat, makan). Ternyata sederhana sekali, jadi sebelum maghrib dibagikan teh dan kurma. Pidato sampai adzan tidak berhenti," katanya.
Pada saat konferensi membahas kerja sama negara Islam di dunia, justru tidak diberikan waktu khusus untuk buka puasa dan menjalankan ibadah sholat maghrib.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018