“Kita kan customer industri, jadi ya itu yang paling penting kita ada energinya, dari mana saja sumbernya. Sepanjang itu kompetitif dan bisa memberikan nilai kompetitif kepada industri sebagi bahan baku maupun energi,” kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, rencana investasi senilai 400 juta dolar AS tersebut akan memenuhi kebutuhan energi untuk industri di kawasan Cilegon, Banten.
Sigit menambahkan, selama ini pasokan gas untuk industri di Cilegon berasal dari Pertamina, PGN, dan Pertagas.
Dengan rencana investasi itu, Shell akan menyasar industri yang masih menggunakan solar.
“Katanya dia tidak akan menggantikan itu tetapi dia akan menggantikan yang pakai solar. Kan banyak industri yang pakai solar. Supaya ada pilihan. Solar kan lebih mahal,” ungkap Sigit.
Sigit berharap, harga yang dipatok Shell akan memberikan pilihan yang kompetitif, sehingga lebih berdaya saing.
Saat ini, lahan untuk pembangunan terminal LNG tersebut telah tersedia. Rencananya, Shell akan joint venture dengan perusahaan dalam negeri dalam pembangunan terminal yang ditargetkan selesai pada 2020.
Kendati demikian, pihak Shell masih menunggu izin importasi LNG dari Kementerian ESDM.
“Mereka minta dukungan dengan melihat dari Sumatera untuk Cilegon pada 2026 kan mengalami penurunan cukup drastis. Tidak tahu (impor darimana) dari seluruh dunia, mana yang lebih kompetitif. Kan dia akan melihat mana yang lebih murah di dunia, dia akan ambil dan masukan ke sini,” paparnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018