Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Bank Indonesia (BI), Miranda Goeltom, mengatakan pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini belum lengkap, karena belum memberikan manfaat signifikan bagi pengurangan angka pengangguran dan pengentasan kemiskinan secara luas. "Saat ini kita masih prihatin dengan tingginya tingkat pengangguran terbuka yang ada, di mana tahun 2006 mencapai 10,9 juta atau 10,3 persen, jauh lebih tinggi dari level sebelum krisis pada 1997 sebesar 4,7 persen," katanya di Jakarta, Rabu. Dalam seminar yang diselenggarakan di BI, Miranda mengemukakan sulitnya mengurangi tingkat pengangguran atau menciptakan lapangan kerja baru ITU merupakan cermin dari lambatnya gerak laju ekspansi sektor usaha riil. "Ini terjadi karena dunia usaha belum memiliki kapasitas baru untuk mengembangkan usaha yang dapat mendorong penyerapan angkatan kerja yang semakin bertambah," ungkapnya. Dunia usaha, menurut dia, masih mengeluh kesulitan memperoleh tambahan modal, baik modal investasi maupun modal kerja dari perbankan. Padahal perbankan saat ini masih mengalami kelebihan likuiditas. "Ini kan ironi," katanya. Selain itu, katanya, suku bunga BI rate telah mengalami penurunan signifikan yang sesungguhnya diharapkan menjadikan pendorong penurunan suku bunga kredit yang selanjutnya meningkatkan dunia usaha. Masih rendahnya saluran dana perbankan ke sektor usaha riil menunjukkan masih besarnya ketidakpastian dalam berusaha, ujarnya. Keengganan perbankan menyalurkan dananya tersebut tercermin dari rasio pinjaman terhadap dana yang dihimpun dari pihak ketiga (LDR) yang menurun sejak tahun 1999. Pada tahun sebelum krisis LDR mencapai 100 persen, namun di akhir tahun 2006 ini menjadi 64,7 persen dan pada akhir Mei 2007 hanya naik sedikit menjadi 65,8 persen. Selain itu, "undisbursed loan" (UL/pinjaman yang belum tercairkan) selama triwulan II 2007 naik Rp6,9 triliun, sehingga pada akhir triwulan II 2007 mencapai sekitar Rp172 triliun atau 20 persen dari total kredit perbankan. "Kenaikan UL secara signifikan terjadi pada kredit modal kerja, yang mencapai Rp4,3 triliun, yang menjadikan pangsa UL selama triwulan II 2007 masih tetap didominasi kredit modal kerja, yaitu 70,7 persen," jelasnya. Menurut dia, kalau saja UL tidak terjadi, maka pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih cepat, sehingga kesempatan kerja dan lapangan kerja akan lebih tinggi. Namun demikian, Miranda mengatakan sampai Juli 2007 BI melihat indikator ekonomi masih bagus dan ia yakin pertumbuhan ekonomi tetap di atas 6 persen. Kaji Penyertaan Modal Sementara itu, untuk meningkatkan akses pembiayaan usaha bagi dunia sektor riil, BI saat ini sedang mengkaji mengenai ijin penyertaan modal oleh bank pada usaha debiturnya atau "equity financing". "Penyertaan modal itu sangat diperlukan pelaku usaha yang tidak menyediakan modal sendiri dalam jumlah besar untuk membangun suatu proyek. Hal ini karena banyak investor yang juga tidak memiliki modal memadai sehingga implementasi pengerjaan proyek menjadi terhambat," kata Deputi Senior Gubernur BI. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007