Sekretaris Bidang Hubungan Luar JAI Kandali Achmad Lubis ketika dihubungi di Jakarta, Kamis, mengaku sangat berduka atas wafatnya cendekiawan Muslim multidimensional, Dawam Rahardjo.
"Kita benar-benar kehilangan seorang putra bangsa yang selalu menjunjung tinggi sikap toleransi dalam perbedaan," kata Kandali.
Ia menyampaikan duka cita yang mendalam sekaligus berharap suatu saat kelak lahir lebih banyak sosok cendekiawan penuh toleransi seperti Dawam.
Kandali menilai Dawam sangat memerhatikan komunitas muslim Ahmadiyah yang kerap dikriminalisasi.
Dawam tidak gentar ketika sebagian umat Islam di Indonesia mencela karena pembelaannya terhadap kaum minoritas di Indonesia.
Baca juga: Dawam di mata Muhammadiyah: intelektual progresif
Ia meyakini setiap manusia memiliki kebebasan, terutama dalam memeluk maupun menjalankan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Dawam, kata Kandali, dengan keberaniannya menentang arus bahkan pernah mengorbankan dirinya saat dikeluarkan dari Muhammadiyah lantaran membela Ahmadiyah.
"Beliau ada guru bangsa sebagaimana sahabat beliau Gus Dur. Beliau seorang Muhammadiyah tulen yang selalu membela kaum minoritas termasuk Ahmadiyah," katanya.
Dawam mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Rabu malam sekitar pukul 21.55 WIB karena sakit.
Ekonom, budayawan, pengusaha, cendekiawan, aktivis LSM, pemikir Islam, sekaligus penafsir ini diketahui beberapa kali menjalani perawatan intensif di rumah sakit lantaran komplikasi penyakit yang dideritanya; diabetes, gangguan jantung, dan stroke.
Baca juga: Dawam Rahardjo dan Wirid
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018