Ia cendekiawan muslim, tokoh pluralis dan seorang muslim yang berani. Dia tidak gentar saat sebagian umat Islam di Indonesia mencela karena pembelaannya terhadap kaum minoritas di Indonesia
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie mengatakan Indonesia kehilangan salah satu intelektual andal seiring wafatnya cendikiawan muslim Dawam Rahardjo, Rabu malam tadi.
"Kita kehilangan satu lagi tokoh panutan di dunia intelektual dan aktivis yang andal untuk kemajuan bangsa," kata Jimly dalam pesan singkat di Jakarta, Kamis dini hari.
Jimly menyebut Dawam intelektual, aktivis dan pemikir sosial serta ekonomi politik yang selalu up to date atau mengikuti perkembangan terbaru.
Mantan Ketua MK itu mengajak seluruh pihak mendoakan kepergian Dawam, sedangkan mantan Menko Kemaritiman dan Menko Ekuin Rizal Ramli memandang Dawam sebagai ekonom kerakyatan.
"Ia cendekiawan muslim, tokoh pluralis dan seorang muslim yang berani. Dia tidak gentar saat sebagian umat Islam di Indonesia mencela karena pembelaannya terhadap kaum minoritas di Indonesia," ujar Rizal di Jakarta, Kamis dini hari.
Rizal menyebut pembelaan Dawam terhadap kaum minoritas dan marjinal selalu berada dalam koridor kepantasan dan rasional.
Dawam Rahardjo wafat Rabu malam tadi di RS Islam Jakarta pada usia 76 tahun.
Pria kelahiran Solo, 20 April 1942 itu memberikan sumbangsih dalam ide pendirian organisasi ICMI, hingga menjadi anggota Dewan Kehormatan ICMI periode 2015-2020.
Semasa hidupnya Dawam banyak menulis buku, antara lain berjudul Esai-esai ekonomi politik (1983), Deklarasi Mekah: Esai-esai ekonomi Islam (1987), Etika bisnis dan manajemen (1990), Habibienomics: Telaah pembangunan ekonomi (1995), Paradigma Alquran: Metodologi dan kritik sosial (2005), serta Nalar Politik Ekonomi Indonesia (2011).
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018