"Hingga hari ini, kondisi pasien sudah tidak ada lagi yang dirawat di fasilitas kesehatan, semua sudah pulih dan pulang ke rumahnya masing-masing," kata Rubaeah kepada Antara, Rabu.
Rubaeah mengatakan, dari hasil uji laboratorium Labkesda Kota Bogor, sumber keracunan berasal dari keong yang mengandung kuman E.coli, Shigella, dan Salmonella.
Sedangkan untuk air yang dipakai oleh pembuat Tutut juga terbukti mengandung bakteri E.coli, dan positif Coliform, serta Logam Mangan (Mn). Diduga kuman yang ada dalam keong juga bersumber dari air yang digunakan pemasak.
Walau seluruh pasien telah pulih, namun, lanjut Rubaeah, pihaknya masih melakukan pemantauan di wilayah RW 7, Kelurahan Tanah Baru yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) keracunan.
Pengawasan ini perlu dilakukan karena sumber air yang digunakan pembuat jajanan Tutut, terbukti mengandung kuman E.coli dan mineral Mangan.
"Sehingga kami harus memberikan penjelasan ke masyarakat, melakukan penyuluhan untuk memperoleh air besih dan sehat," katanya.
Sementara itu status KLB yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bogor belum dicabut, masih berlaku selama satu minggu. Selama proses ini, Dinkes giatkan pemantauan di lapangan, sosialisasi dan penyuluhan.
Seperti yang diberikan sebelumnya 108 warga di RW 07, Kelurahan Tanah Baru memgalami keracunan massal usai mengkonsumsi Tutut yang dibeli, pada Rabu (23/5), Kamis (24/5) dan Jumat (25/5).
Gejala keracunan muncul di hari setelah 24 jam masyarakat mengkonsumsinya, tepatnya Jumat malam, hingga Sabtu (26/5) jumlah korban yang menjalani perawatan di fasilitas kesehatan mencapai 70 orang, dan sisanya rawat jalan, serta peratan di rumah oleh bidan dan tenaga kesehatan Puskesmas.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018