Yogyakarta (ANTARA News) - Aktivitas sesar (patahan purba) Opak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten (Jateng) tidak akan berhenti selama masih terjadi dinamisasi di dalam bumi, tetapi gempa besar berkekuatan di atas 4 skala Richter (SR) akan semakin jarang, meskipun gempa kecil 1-2 SR mungkin masih sering terjadi. "Seperti gempa berkekuatan 3,2 SR yang terjadi Selasa malam pukul 23.48 WIB yang mengguncang sebagian wilayah DIY, yang berpusat di darat dengan kedalaman sekitar 10 km di wilayah Kabupaten Bantul, terjadi karena aktivitas sesar minor Opak," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tiar Prasetya, Rabu. Gempa yang berpusat di posisi 8,0 Lintang Selatan dan 110,2 Bujur Timur di sekitar pantai selatan itu hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat Kabupaten Bantul. Seperti dikatakan Kepala Stasiun Geofisika BMG Yogyakarta, Jaya Murjaya, gempa tersebut terjadi akibat aktivitas sesar minor di wilayah Bantul, tetapi BMG belum bisa memastikan sesar minor yang mana, karena di wilayah itu banyak terdapat sesar minor. Sementara itu, dari data yang dikumpulkan para ahli gempa, di sisi timur Sesar Opak saja terdapat 74 sesar minor dengan panjang bervariasi antara satu kilometer hingga empat kilometer yang tersebar di wilayah Kabupaten Gunungkidul (DIY) hingga Klaten (Jateng). Sesar minor Opak terjauh berada di wilayah Kecamatan Bayat (Klaten). Sesar minor Opak dipastikan merupakan sumber 'aftershocks' gempa 27 Mei 2006 yang mengguncang wilayah DIY dan Klaten (Jateng). Tiar Prasetya mengingatkan yang sekarang perlu disiapkan adalah menghadapi gempa-gempa berikutnya. "Artinya, mengingat di wilayah sekitar Sesar Opak merupakan endapan material vulkanik purba, maka bangunan di atasnya harus menyatu, kuat tetapi lentur, sehingga apabila terguncang gempa tidak roboh," kata dia. (*)
Copyright © ANTARA 2007