Jakarta (ANTARA News) - PT Batan Teknologi memperluas jaringan usaha dan pemasarannya, dengan melakukan ekspor radioisotop ke beberapa negara di kawasan Asia Pasifik. "Kami sudah menandatangani kerjasama ekspor radioisotop dengan Bangladesh, China, India, Jepang, Malaysia, dan negara-negara lain," kata Direktur Produksi PT Batan Teknologi, Bambang Purwadi, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan produksi radioisotop dikembangkan salah satunya guna memenuhi kebutuhan dalam bidang kedokteran nuklir. Bambang mencontohkan volume ekspor radioaktif jenis Mo-99 ke Bangladesh mencapai 30 curie atau dua kali lipat kebutuhan dalam negeri Indonesia. "Dalam satu hingga dua bulan ke depan kami juga akan mengekspor Mo-99 ke sebuah institusi kedokteran di Malaysia, dengan volume hampir sama dengan yang dikirim ke Bangladesh," katanya. Selain Mo-99, Batan Teknologi memproduksi I131 (bahan radiokatif untuk terapi tiroid dan diagnosis ginjal) dengan kapasitas 80 curie per minggu. "Setiap dua minggu I131 itu kami ekspor ke China." Selama ini Indonesia mengalami kelebihan produksi bahan radioaktif, di mana kapasitas produksinya mencapai 500 curie per minggu, sedangkan kebutuhannya hanya sekitar 15 curie per minggu. Oleh karena itu, Batan Teknologi terus berupaya mengembangkan jaringan usaha dan pemasaran melalui pasar ekspor. PT Batan Teknologi hingga kini merupakan produsen radioisotop dan radiofarmaka untuk kepentingan kedokteran nuklir, industri, dan berbagai macam pengembangan lain. Perusahaan BUMN itu juga memproduksi bahan bakar nuklir untuk reaktor di Serpong, Tangerang, dan Banten. Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif yang dibuat dengan menggunakan reaksi inti dengan netron dan digunakan pada bidang hidrologi, biologi, dan industri. Zat radioaktif juga mampu memprediksi kandung karat dalam pipa, pendangkalan sungai, dan pelabuhan. (*)
Copyright © ANTARA 2007